Sebanyak 10 ribu wisatawan diperkirakan membatalkan kunjungannya ke Labuan Bajo sejak muncul isu kenaikan tarif Taman Nasional Komodo. Kondisi tersebut menyebabkan destinasi pariwisata itu menjadi sepi. Salah satu pelaku usaha pelayaran di Labuan Bajo, Novianus Efrat, mengatakan bahwa suasana Labuan Bajo saat ini mirip dengan kondisi saat Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM tahun lalu. Dimana saat itu, turis sangat jarang mendatangi Labuan Bajo selama dua bulan.
“Mirip banget kaya PPKM tahun lalu, gak ada tamu. Labuan Bajo benar-benar kosong,” ujarnya Efrat kepada Katadata, Rabu (7/4). Dia mengaku bukan termasuk pelaku wisata yang mengikuti aksi mogok selama sebulan. Namun tanpa ikut mogok pun, nyaris tidak ada tamu yang bisa dilayani.
Efrat mengatakan, pelaku usaha terpaksa mengembalikan dana (refund) kepada wisatawan yang membatalkan kunjungannya. Padahal sebagian dana tersebut sudah ada yang terpakai untuk persiapan perjalanan wisata. Kondisi itu menyebabkan Efrat khawatir atas prospek usaha Labuan Bajo di masa depan. Apalagi, kebijakan pemerintah soal tarif baru sangat minim sosialisasi.
“Kami bingung, semua serba gak jelas. Kayaknya mau jual kapal saja. Kami (mencoba) bertahan (sejak pandemi), gak taunya ternyata pemerintah bersifat otoriter tetap memaksakan (kebijakan tarif baru),” ujarnya.
Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, mencatat lebih dari 10 ribu wisatawan domestik dan mancanegara membatalkan kunjungannya ke Labuan Bajo. Pembatalan tersebut dilakukan bukan pada saat adanya aksi mogok masal pelaku wisata di Labuan Bajo, tetapi sudah dilakukan semenjak adanya isu kenaikan harga tiket masuk TN Komodo itu. Menurut Ignasius diperkirakan kerugian akibat pembatalan kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo mencapai kurang lebih Rp1 triliun. Kerugian tersebut mencakup gabungan dari seluruh travel agen, perhotelan, kapal wisata dan lainnya.
“Pembatalan tersebut juga dilakukan karena memang selain kenaikan harga tiket, reaksi masyarakat juga untuk menolak kenaikan harga tiket itu juga punya dampak terhadap wisatawan yang datang,” ujarnya dikutip dari Antara, Senin (1/8). Di sisi lain, kenaikan harga tiket masuk TN Komodo itu akan berdampak kepada seluruh destinasi wisata lain di Labuan Bajo dan juga di seluruh wilayah Flores. Pasalnya wisatawan yang datang sudah pasti akan menilai dan akan menyampaikan kepada kenalan mereka di negara lain atau di Indonesia untuk tidak perlu datang ke Labuan Bajo. “Bisa jadi Labuan Bajo ini dihukum oleh calon wisatawan. Artinya bahwa mereka akan mencoret pariwisata Labuan Bajo dari daftar liburan mereka,” tambah dia.
Dengan begitu sudah pasti akan berdampak pada ekonomi masyarakat di Labuan Bajo. Pihaknya pun berharap agar masalah kenaikan tiket itu tidak perlu lagi dibicarakan dulu dan ditahan sementara agar masalah ini tidak meluas dan berdampak buruk pada pariwisata di Labuan Bajo.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan TN Komodo sepanjang 2021 mencapai 64,66 ribu kunjungan. Rinciannya sebanyak 6,6 ribu kunjungan ke Loh Liang, 53,63 ribu kunjungan ke Padar, dan 4,44 ribu kunjungan ke Labuan Bajo. Kunjungan wisatawan ke TN Komodo pada 2021 sudah meningkat 25,27% dibanding awal pandemi tahun 2020, yang totalnya hanya 51,62 ribu kunjungan.