12 Gejala Lupus pada Perempuan yang Perlu Diwaspadai

Penting bagi perempuan untuk mengenali gejala lupus. Penyakit autoimun ini sebagian besar menyerang orang berjenis kelamin perempuan.

Jakarta, CNN Indonesia — Penting bagi perempuan untuk mengenali gejala lupus. Pasalnya, penyakit autoimun ini sebagian besar menyerang orang yang berjenis kelamin perempuan.
Melansir Mayo Clinic, lupus adalah penyakit yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh (penyakit autoimun). Peradangan yang disebabkan oleh lupus dapat memengaruhi banyak sistem tubuh yang berbeda, termasuk sendi, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru.

Faktanya, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), sekitar 9 dari 10 diagnosis lupus ditemukan pada orang berusia 15 hingga 44 tahun yang berjenis kelamin perempuan.

Bolak-balik RS, Isyana Didiagnosis Penyakit Lupus
Apa Itu SLE, Penyakit Autoimun yang Diderita Isyana Sarasvati?
Netizen Salfok Jari Bengkak Raja Charles III, Ada Apa?
Beberapa orang terlahir dengan kecenderungan terkena lupus, yang dapat dipicu oleh infeksi, obat-obatan tertentu, atau bahkan sinar matahari.

Lupus bisa sangat sulit untuk didiagnosis, mengingat tanda-tanda lupus dapat menyerupai banyak kondisi kesehatan lainnya. Bahkan gejala lupus yang paling mudah dikenali, yakni ruam kupu-kupu yang muncul di kedua pipi, tidak dialami oleh semua orang.

Terlebih lagi, gejalanya juga dapat muncul dan hilang secara tiba-tiba serta berkisar dari ringan hingga serius. Tanda-tanda baru juga dapat muncul secara spontan.

Gejala lupus pada perempuan
1. Bengkak, nyeri, dan kaku pada sendi
Ilustrasi. Nyeri sendi, bengkak, dan kaku pada pergelangan tangan bisa jadi gejala lupus. (iStockphoto/Srisakorn)

Nyeri sendi, bengkak, dan kaku, terutama di pagi hari setelah bangun tidur adalah tanda-tanda klasik penyakit lupus. Tanda-tanda ini paling sering muncul di pergelangan tangan, buku-buku jari, dan jari-jari. Hal ini juga membuat kondisi lupus disalahartikan sebagai penyakit autoimun lainnya, yakni artritis reumatoid (RA).

“Perbedaan mendasar antara lupus dan artritis reumatoid adalah lupus dapat memengaruhi persendian di satu sisi dan tidak di sisi lainnya, sedangkan RA biasanya memengaruhi kedua sisi secara merata,” kata dokter spesialis reumatologi Jill Buyon.

Pembengkakan juga dapat datang dan pergi dengan lupus. Bengkak juga tidak semakin memburuk dan berpotensi mengubah tampilan sendi seperti yang terjadi pada RA. Lupus juga cenderung terjadi pada pasien yang lebih muda daripada RA.

2. Ruam kupu-kupu di wajah
Timbulnya ruam kulit saat terpapar sinar matahari adalah gejala yang sangat khas dari lupus. Menurut CDC, ruam dapat terjadi di bagian mana pun dari tubuh, tapi salah satu tanda lupus yang paling umum adalah ruam wajah berbentuk kupu-kupu merah yang berbeda yang memanjang di batang hidung dan di kedua pipi.

Sekitar setengah dari orang yang didiagnosis dengan lupus mengalami ruam spesifik ini, yang juga dikenal sebagai ruam malar.

Gejala ini sering terjadi setelah terpapar sinar UV, tetapi beberapa orang dengan lupus secara anekdot mencatat bahwa ruam wajah juga dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa pemicu yang diketahui dan mungkin menandakan awal dari suatu kekambuhan.

3. Menjadi sensitif terhadap sinar matahari
Sekitar setengah dari penderita lupus sensitif terhadap sinar matahari dan sumber sinar UV lainnya, yang dikenal sebagai fotosensitivitas. Karena itu, selain ruam kulit, beberapa penderita lupus dapat mengalami demam, kelelahan, atau nyeri sendi ketika mereka terpapar sinar matahari.

4. Demam
Penderita lupus bisa mengalami demam yang lebih tinggi dari 37 derajat celcius selama kekambuhan baik karena peradangan tubuh yang disebabkan oleh lupus atau infeksi.

“Alasan mengapa Anda bisa mengalami demam selama kambuh lupus adalah alasan yang sama mengapa Anda mengalami demam saat Anda mengalami infeksi,” ucap Lynn Ludmer, direktur medis dari departemen reumatologi di Mercy Medical Center di Baltimore kepada SELF.

“Sel darah putih (pelawan penyakit dalam tubuh) menghasilkan bahan kimia inflamasi yang naik ke otak dan memicu respons demam.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *