Membiasakan siswa bawa bekal dari rumah untuk mencegah “stunting”

Membiasakan siswa bawa bekal dari rumah untuk mencegah “stunting”

Gerakan memerangi kekerdilan atau stunting bisa dimulai dengan langkah sederhana, misalnya, membawa bekal makanan dan minuman ke sekolah.

Asupan makanan dan minuman yang dibawa dari rumah untuk dikonsumsi siswa saat jam istirahat, jauh memberi jaminan kecukupan gizi sekaligus higienitas dibanding jajan di warung.

Godaan siswa zaman sekarang memang berat. Kadang mereka tidak bisa bawa bekal dari rumah karena orang tuanya sibuk sehingga tidak memiliki waktu menyiapkan bekal. Akhirnya, orang tua mengambil jalan pintas dengan memberi uang jajan.

Padahal, banyak anak, terutama siswa SD dan SMP, yang belum memiliki kemampuan memilih jenis makanan bergizi dan sehat. Mereka cenderung memilih makanan dan minuman yang lagi populer tapi tidak terlalu memedulikan kandungan gizi dan proses pengolahannya, apakah sehat atau tidak.

Terbentuknya generasi berkualitas sangat ditentukan oleh kecukupan gizi. Mutu asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi hari ini menentukan kualitas kesehatan, pertumbuhan fisik, dan intelektual mereka pada masa mendatang.

Mengingat pentingnya kecukupan gizi untuk mencegah stunting, pemerintah gencar menggerakkan pencegahan tengkes. Pemerintah Pusat dan daerah bergerak bersama menekankan pentingnya pencegahan stunting.

Oleh karena itu, sekolah melalui guru-guru tergerak berpartisipasi untuk menyambut generasi bebas tengkes. Pengetahuan dan praktik langsung mengonsumsi makanan bergizi bisa menjadi kebiasaan hingga mereka menjadi orang tua, yang bermanfaat untuk melahirkan generasi sehat dan cerdas.

Ajang edukasi

Mengingat pentingnya asupan bergizi bagi anak, SD 3 Beringin, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, kini mulai membiasakan siswanya membawa bekal makanan dengan menu empat sehat lima sempurna.

Gerakan ini baru dimulai 4 bulan lalu. Semua siswa wajib membawa bekal makanan dengan menu empat sehat lima sempurna setiap hari Jumat pada minggu kedua dan keempat.

Guru Kelas IV SD 3 Beringin Deddy Setyawan menceritakan awalnya banyak siswa yang sekadar membawa bekal nasi dan lauk tanpa kandungan empat sehat lima sempurna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *