Jakarta, CNBC Indonesia – Perang Rusia dan Ukraina bakal makin memanas. Pasalnya Rabu, Presiden Vladimir Putin, mengumumkan mobilisasi parsial di Ukraina.
Pengumuman disampaikan langsung Putin di media televisi. Ini setelah serangan balik Ukraina, yang diyakini memakan banyak korban tentara Rusia.
Putin memperingatkan Barat bahwa ini bukanlah gertakan semata. Rusia, tegasnya, akan melakukan segala cara untuk melindungi wilayahnya.
Putin bahkan menggarisbawahi ancaman nuklir Rusia. Menurutnya Rusia memiliki berbagai alat penghancur untuk melindungi negaranya.
“Saya ingin mengingatkan Anda bahwa negara kami juga memiliki berbagai alat penghancur untuk melindungi Rusia dan rakyat, kami pasti akan menggunakan semua cara yang kami miliki,” tegas Putin, dikutip Kamis (22/9/2022).
Dengan ini Putin pun mengatakan sudah menandatangani dekrit khusus. Mobilisasi parsial sendiri menempatkan Rusia situasi perang di mana wajib militer warga menjadi keharusan.
Pengumuman mobilisasi parsial itu berarti bahwa semua pihak di negeri itu harus berkontribusi lebih pada upaya perang. Bukan cuma warga tapi juga bisnis.
Ia juga memberi dukungan pada pencaplokan wilayah Timur dan Selatan Ukraina melalui referendum. Sebelumnya pro Rusia mengumumkan pemungutan suara berlangsung minggu ini.
300 Ribu Tentara Baru Dikirim
Sementara itu, Menteri Pertahanan Sergey Shoigu mengatakan negerinya akan mengirimkan 300.000 pasukan ke Ukraina. Ini juga mematahkan pandangan bahwa Rusia telah kekurangan pasukan akibat banyaknya kematian militer saat menyerang tetangganya itu.
Menurut Shoigu, Rusia memiliki kemampuan mobilisasi yang sangat besar. Bahkan dapat memanggil hampir 25 juta orang dengan beberapa pengalaman militer untuk berpartisipasi dalam kegiatan memperkuat negara itu saat perang.
“Jadi bisa dikatakan bahwa mobilisasi parsial ini hanya 1%, atau sedikit lebih dari jumlah total orang yang dapat dimobilisasi,” katanya dikutip dari RT.com.
Reaksi Eropa
Sejumlah negara Eropa bereaksi pada pengumuman baru Putin. Mulai dari Prancis, Finlandia hingga Polandia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Rabu mendesak dunia untuk meningkatkan tekanan pada Putin setelah pemimpin Rusia itu mengumumkan mobilisasi parsial. Barat, tegasnya, harus menggunakan “semua cara” yang dimilikinya untuk membuat Putin mengubah arah.
“Saya sangat menyesali pilihan Presiden Putin untuk menyeret negaranya, terutama kaum muda, ke dalam perang,” kata Macron kepada wartawan di New York.
“Jadi Rusia semakin terisolasi dan terlibat dalam perang yang diinginkannya sendiri dan itu ilegal dan tidak sah,” tambahnya.
Perdana Menteri (PM) Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan, Rusia berusaha untuk menghancurkan Ukraina dan mengubah perbatasannya. Polandia sendiri, katanya, akan terus mendukung Ukraina bersama sekutu.
“Kami akan melakukan semua yang kami bisa dengan sekutu kami, sehingga NATO lebih mendukung Ukraina sehingga dapat mempertahankan diri,” kata Morawiecki, sebagaimana dilansir Reuters.
“Rusia akan berusaha untuk menghancurkan Ukraina dan merebut sebagian wilayahnya. Kami tidak dapat mengizinkannya,” jelasnya.
Finlandia sendiri mengaku memantau situasi ini. Namun pasukan pertahanan negara itu sudah bersiaga.
“Pasukan pertahanan kami sudah dipersiapkan dengan baik dan situasinya dipantau secara ketat,” kata Menteri Pertahanan Finlandia Antti Kaikkonen.
Nuklir Rusia
Sementara AS menekankan ke ancaman nuklir Putin. Ia disebut “tidak bertanggung jawab” dan menimbulkan ancaman menggunakan senjata nuklir secara serius.
“Ini adalah retorika yang tidak bertanggung jawab bagi kekuatan nuklir untuk berbicara seperti itu. Tapi itu tidak biasa untuk bagaimana dia berbicara selama tujuh bulan terakhir dan kami menganggapnya sangat serius,” kata juru bicara Gedung Putih, John Kirby kepada ABC.
“Akan ada konsekuensi yang parah. Dia tidak hanya akan menjadi lebih paria di panggung dunia, tetapi juga harus ada konsekuensi berat yang akan dialami masyarakat internasional,” tegasnya.
Dikutip AFP, analis politik internasional Tatiana Stanovaya di Telegram mengatakan pengumuman Putin adalah kode perang nuklir. Bukan cuma untuk Ukraina tapi juga Barat.
“Ini adalah ultimatum yang benar-benar tegas dari Rusia ke Ukraina dan Barat: apakah Ukraina mundur atau perang nuklirnya,” katanya.