Zoom pada Selasa mengumumkan akan memberhentikan sekitar 1.300 karyawan atau 15 persen dari stafnya. Kabar ini menjadikan Zoom sebagai perusahaan teknologi terbaru yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dalam sebuah memo, CEO Zoom Eric Yuan mengatakan dia dan eksekutif lainnya akan melakukan pemotongan gaji yang signifikan setelah mengakui membuat kesalahan dalam seberapa cepat perusahaan tumbuh selama pandemi.
“Sebagai CEO dan pendiri Zoom, saya bertanggung jawab atas kesalahan ini dan tindakan yang kami ambil hari ini. Saya ingin menunjukkan tanggung jawab tidak hanya dalam kata-kata tetapi juga dalam tindakan. Oleh karena itu, saya mengurangi gaji saya untuk tahun fiskal yang akan datang sebesar 98 persen dan melepaskan bonus perusahaan tahun 2023,” kata Yuan, dilansir CNN, Rabu (8/2/2023).
Yuan mengatakan anggota tim kepemimpinan eksekutif akan mengurangi gaji pokok mereka sebesar 20 persen untuk tahun fiskal mendatang dan kehilangan bonus tahun fiskal 2023 mereka. Saham Zoom naik hampir sembilan persen pada perdagangan pada Selasa setelah pengumuman tersebut.
Sejak awal pandemi, Zoom menjadi banyak diminati karena orang-orang mulai melakukan obrolan video dengan teman dan kolega selama penguncian. Pada pertengahan 2020, Zoom melaporkan pendapatan yang meroket didorong oleh lonjakan pelanggan bisnis dari banyak perusahaan yang terpaksa beralih ke pekerjaan jarak jauh.
Selama hari-hari awal pandemi, Yuan mengatakan perusahaan menambahkan staf dengan cepat untuk mendukung lonjakan permintaan karena banyak yang beralih ke platformnya. “Dalam 24 bulan, Zoom tumbuh tiga kali lipat untuk mengelola permintaan ini sekaligus memungkinkan inovasi berkelanjutan,” ujarnya.
Saham Zoom menurun secara signifikan tahun lalu karena lebih banyak pekerja yang kembali ke kehidupan kantor. Zoom bukanlah satu-satunya perusahaan yang mengalami penurunan tajam. Perusahaan lain, seperti Peloton telah mengalami beberapa kali PHK. Sebagian besar Big Tech yang juga tumbuh pesat selama pandemi juga telah mengumumkan PHK.