MALANG KOTA – Nasib angkot di Kota Malang saat ini butuh perhatian. Itu bisa dilihat dari jumlah trayek yang terus berkurang tiap tahun. Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang mencatat ada 25 trayek, namun kini tinggal 18 yang tetap berjalan. Itu pun kondisi mereka harus berjuang di tengah gempuran transportasi online.
Untuk menyelamatkan nasib angkot, dishub sudah menyiapkan dua skema. Yakni secara jangka pendek dan jangka panjang. Kepala Bidang (Kabid) Angkutan Umum Dishub Kota Malang Minto Rahardjo menyebut untuk jangka pendek, pihaknya berencana memperbaiki Terminal Angkot Arjosari yang berada di belakang terminal bus.
”Karena saat ini masih banyak angkot yang menunggu penumpang malah di jalan. Sehingga membuat terminal bayangan di luar,” tuturnya.
Ketika ditanya anggaran perbaikan terminal, Minto belum menyebutkan besarannya. Dia mengaku masih akan mengkaji bersama tim dari Dishub Kota Malang. Sementara untuk jangka panjang, dishub juga berencana merombak sistem transportasi di Kota Malang. Dia mengaku masih melakukan kajian bersama pihak-pihak terkait untuk mendapatkan formula terbaik dalam menciptakan sistem moda transportasi yang menarik.
”Masih kami cari skema terbaik untuk mewujudkan smart transportation itu. Skemanya bisa revitalisasi, subsidi, sistem, atau lainnya. Mana yang terbaik akan kami optimalkan,” terangnya.
Pejabat eselon III B Pemkot Malang itu menekankan perubahan skema itu tetap akan mengakomodasi angkot sebagai pelaksananya.
Ditanya terkait perkembangan kenaikan harga tiket angkot di tahun ini, Minto menerangkan besaran kenaikan itu sampai saat ini masih didiskusikan dengan berbagai pihak. Tentu dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan pendapat dari Organda.
”Saat ini masih terus berkomunikasi dengan tim pengendalian inflasi daerah. Agar ketika tarif angkot dinaikkan, tidak berdampak terlalu besar pada kenaikan harga sektor lain,” tandasnya.
Untuk saat ini tarif angkot di Kota Malang masih sama. Yakni untuk masyarakat umum Rp 4 ribu dan untuk pelajar Rp 2 ribu.