Zoom Video Communications menelusuri ruang lingkup dan berbagai kemungkinan menarik dari hyper digitalisation—atau tahap lanjutan digitalisasi layanan kesehatan.
Dalam acara tahunan Zoom Healthcare Summit Asia Pasifik (APAC), yang diadakan pada 18 April lalu, “fleksibilitas” muncul sebagai kunci masa depan layanan kesehatan bagi pasien dan penyedia layanan kesehatan. Acara ini menghadirkan pembicara utama Head of Asia Pacific di Zoom Ricky Kapur, serta berbagai pelaku industri kesehatan, termasuk perwakilan dari GlaxoSmithKline (GSK), CareSpan Asia, dan Caring For You.
Dikatakan Vice President of Industry Insights Sash Mukherjee, di perusahaan riset dan konsultasi digital, Ecosystm, industri layanan kesehatan di Asia Pasifik telah terdisrupsi oleh pandemi. Pesatnya penerapan teknologi di bidang kesehatan telah mendorong perubahan dalam proses, pola pikir dokter dan staf administrasi, serta prioritas penyedia layanan kesehatan dan rumah sakit saat ini.
Penyedia layanan kesehatan kini fokus untuk meningkatkan produktivitas karyawan, mengurangi biaya, dan mendorong lahirnya inovasi. Jika sebelumnya inovasi lebih ditekankan pada pemecahan masalah secara cepat, kini penyedia layanan kesehatan ingin mendorong inovasi menjadi lebih sistematis yang mencakup solusi bagi seluruh aspek layanan mereka.
Hal ini sangat penting bagi masa depan layanan kesehatan sebab kurangnya akses pelayanan kesehatan dan manajemen penyakit kronis untuk masyarakat masih menjadi tantangan bagi banyak negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Pemerintah dituntut untuk menyediakan layanan kesehatan yang universal dan adil bagi semua orang, tanpa memandang status sosial dan finansial maupun lokasi.
Penyedia layanan kesehatan harus melihat pasien sebagai “konsumen pelayanan kesehatan” yang ingin dapat mengakses layanan kesehatan kapan pun dan dimana pun yang mereka inginkan.
Penyedia layanan kesehatan dengan sumber daya yang terbatas memerlukan efisiensi operasional, agar dapat memberikan layanan kesehatan yang terbaik bagi pasien mereka. Pelayanan kolaboratif juga menjadi penting, agar penyedia layanan kesehatan dalam seluruh rangkaian perawatan dapat bekerja sama seiringperjalanan pasien—tentunya didukung oleh teknologi.
Terkait dorongan inovasi dalam pelayanan kesehatan digital, Ricky Kapur mengidentifikasi tiga prioritas utama yang akan membantu penyedia layanan kesehatan dalam memajukan inovasi layanan kesehatan digital mereka, antara lain :
- Meningkatkan kenyamanan dan kemudahan pada pengalaman pasien
Pengalaman pasien lebih dari sekadar telehealth, melainkan juga mencakup seluruh perjalanan pasien, mulai dari triase (sistem dalam menentukan pasien yang diutamakan untuk memperoleh penanganan medis di IGD) hingga prosedur tindak lanjut. Para tenaga kesehatan dapat memanfaatkan alur kerja otomatis dan skills-based routing (SBR) yang cerdas untuk menghubungkan pasien dengan staf yang sesuai secara cepat dan efisien agar dapat menerima perawatan tepat waktu. Sebagai contoh, solusi seperti zoom virtual agent dapat membantu mengumpulkan data pasien sebelum dihubungkan ke live agent.
- Mengatasi kenaikan biaya pelayanan kesehatan
Digitalisasi dapat membantu mengurangi penggunaan ruang gawat darurat yang tidak diperlukan, melakukan distribusi obat dan mengatur perjanjian dengan dokter secara otomatis, bahkan menyediakan pemantauan jarak jauh bagi pasien dengan penyakit kronis. Upaya-upaya ini dapat mengurangi biaya yang dibebankan kepada pasien, serta efisiensi sistem pelayanan kesehatan untuk mencegah burnout dan kekurangan staf.
Teknologi virtual juga dapat membantu para staf medis untuk terhubung dan berkomunikasi dengan rekan kerja mereka, mengikuti pelatihan medis, dan mengawasi prosedur operasi sekaligus mengatasi hambatan geografis.
- Menyediakan aksesibilitas untuk pelayanan pasien
Hal ini mencakup penanganan kesenjangan aksesibilitas secara geografis dan finansial terhadap pelayanan kesehatan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Sebagai contoh, CareSpan, platform layanan kesehatan digital terkemuka di Filipina, memanfaatkan Zoom Video SDK dengan platform Electronic Medical Records (EMR) mereka untuk memungkinkan konsultasi lewat video yang berkualitas pada kawasan dengan internet berkecepatan tinggi maupun rendah—kebanyakan di daerah terpencil.
Rizky menambahkan, menyediakan akses layanan kesehatan bukan hanya tentang penyediaan akses bagi masyarakat di daerah terpencil, namun juga tentang penyediaan layanan kesehatan terjangkau bagi masyarakat kurang beruntung yang sering kali terabaikan. “Hal ini penting untuk mencapai kesetaraan dan inklusivitas layanan kesehatan bagi setiap individu,” katanya.
“Fleksibilitas menjadi kunci bagi layanan kesehatan di masa depan. Model perawatan hybrid yang menawarkan opsi daring dan luring akan menjadi model layanan utama bagi para penyedia layanan kesehatan di masa depan, sebab pasien mengharapkan fleksibilitas untuk dapat berkonsultasi dengan metode apa pun yang nyaman bagi mereka,” jelasnya.
Acara ini juga menampilkan diskusi panel yang menghadirkan pelanggan Zoom dari Singapore General Hospital atau SingHealth Group Nursing (grup layanan kesehatan terbesar di Singapura yang merupakan induk perusahaan dari Singapore General Hospital), CareSpan Asia (perusahaan teknologi layanan kesehatan yang berbasis di Filipina), dan Caring For You (penyedia layanan tenaga kesehatan terbesar dan terdepan di Australia).
Para pembicara mendiskusikan tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh teknologi untuk industri kesehatan, serta bagaimana perusahaan mereka berupaya untuk menata ulang sistem kerja perusahaan.
Mereka sepakat bahwa industri kesehatan dapat memperoleh manfaat dari sistem kerja hybrid yang menggabungkan pelayanan virtual dan on-site, seperti pertemuan telehealth dan pola kerja yang fleksibel bagi para ahli medis.
Dikatakan Business Analyst Caring For You Torben Wick, adopsi teknologi seperti Zoom Phone, dan yang terbaru yaitu Zoom Contact Center, sangat penting dalam membantu timnya berkomunikasi dengan pelanggan dan karyawan lain yang bekerja di berbagai wilayah. Ia menegaskan, penggunaan Zoom telah membantu Caring For You berkembang dengan cepat, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menjangkau 33.000 panggilan dalam seminggu.
Sementara itu, Chairman CareSpan Asia Nonoy Colayco menekankan, upaya untuk mengatasi keterbatasan layanan kesehatan dimulai dengan menyediakan teknologi layanan kesehatan yang terjangkau. Colayco menambahkan bahwa salah satu tantangan kesehatan terbesar bagi masyarakat di Filipina adalah akses konektivitas jaringan. Kehadiran platform layanan kesehatan dengan integrasi digital yang stabil dan dapat bekerja dengan bandwidth rendah menjadi sangat penting untuk dapat memberikan layanan primer kepada pasien dalam jarak jauh maupun langsung dengan biaya yang lebih rendah.
Peralihan menuju layanan virtual dan teknologi dalam industri kesehatan telah mendorong kebutuhan akan teknologi yang mendukung interaksi low-touch, yang mudah digunakan dan dapat meningkatkan efisiensi alur kerja. Hal ini memungkinkan para ahli medis menghabiskan lebih banyak waktu untuk perawatan pasien yang membutuhkan interaksi high-touch.
Deputy Director of Nursing Research Ang Shin Yuh mengatakan, Transformation and Informatics di Singapore General Hospital dan SingHealth Group Nursing, tantangan utama Singapura sebagai negara yang kecil di masa mendatang ialah kurangnya tenaga kesehatan dan sumber daya. Oleh karena itu, pasien dan anggota keluarga memerlukan pemberdayaan dan mengambil peran lebih aktif dalam perawatan dan pengobatan mereka sendiri.
“Upaya ini adalah mengenai bagaimana kita dapat menggunakan teknologi untuk menjadikan layanan kesehatan lebih terjangkau dan, yang paling penting, tersedia untuk seluruh masyarakat, sehingga standar layanan kesehatan dapat dipertahankan di tahun-tahun mendatang,” jelasnya. (mas)