Ekonomi Jepang meroket 6% secara tahunan pada kuartal II-2023, lebih tinggi dari Indonesia yang tumbuh 5,17% pada periode yang sama.
Realisasi tersebut jauh di atas pertumbuhan ekonomi kuartal sebelumnya sebesar 3,7% secara tahunan. Adapun, konsensus para ekonomi memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya 3,1% secara tahunan.
Data PDB yang dirilis Kantor Kabinet Jepang, Selasa (15/8/2022), menunjukkan pemulihan pasca-Covid yang berkelanjutan untuk ekonomi Negeri Matahari Terbit, utamanya dalam perdagangan. Ekspor rebound 3,2% dari kuartal sebelumnya, sebagian besar didorong oleh lonjakan pengiriman mobil, sementara impor anjlok 4,3% selama periode waktu tersebut.
“Ekonomi Jepang berkembang dengan kecepatan yang sangat cepat pada kuartal terakhir, tetapi kami memperkirakan pelambatan baru terjadi pada paruh kedua tahun ini,” tulis Marcel Thieliant, kepala Asia-Pasifik di Capital Economics, dalam sebuah catatan, kepada CNBC International.
“Sebaliknya, hampir semua peningkatan output didorong oleh peningkatan 1,8% poin dari perdagangan bersih. Itu menandai kontribusi terbesar kedua dari perdagangan bersih dalam sejarah 28 tahun rangkaian PDB saat ini, dengan hanya bangkitnya kembali ekspor dari penguncian pertama di awal pandemi yang memberikan dorongan lebih besar.”
Detail lain di luar angka pertumbuhan PDB yang cerah menunjukkan Bank of Japan (BOJ) kemungkinan akan kembali dari postur moneternya yang sangat longgar.
Sementara itu, penurunan tahunan sebesar 0,5% juga tercatat dalam belanja konsumsi swasta, bersama dengan belanja modal. Ini terjadi karena inflasi telah melampaui target BOJ 2% selama 15 bulan berturut-turut.
Pada Juli, BOJ melonggarkan kontrol kurva imbal hasil atas obligasi pemerintah Jepang 10 tahun dalam sebuah modifikasi yang diklaim dimaksudkan untuk membuat posisi moneter ultra-longgar lebih berkelanjutan.