Jakarta, CNN Indonesia — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,1 yang terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Kamis (31/8) disebabkan oleh deformasi di dalam lempeng atau intra-slab.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya deformasi di dalam lempeng (intra-slab),” ujar Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG kepada wartawan, Kamis (31/8).
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” imbuhnya.
Gempa Magnitudo 6,1 Guncang Timor Tengah Selatan NTT
Gempa ini sendiri disebut tidak berpotensi menyebabkan tsunami.
Sebelumnya, update cepat BMKG menyebut pusat gempa berada di darat 36 kilometer Barat Laut Timor Tengah Selatan dengan kedalaman 75 kilometer. Lokasi gempa tepatnya di koordinat 9,69 Lintang Selatan dan 124,10 Bujur Timur.
Namun pada update terbarunya, BMKG menyebut episenter gempa bumi terletak pada koordinat 9,70° Lintang Selatan dan 124,05° Bujur Timur, atau tepatnya berlokasi di darat 37 kilometer Timur Laut Kabupaten. Kupang, Nusa Tenggara Timur pada kedalaman 80 kilometer.
Pakar Beberkan Alasan Tsunami Selatan Jawa Bisa Capai 34 Meter
Daryono mengatakan gempa bumi ini berdampak dan dirasakan
gempa ini berdampak dan dirasakan di daerah Alor dan Timor Tengah Selatan dengan skala intensitas III-IV MMI yang artinya dirasakan oleh orang banyak dalam rumah.
Selain itu, gempa ini juga dirasakan di daerah Timor Tengah Utara dengan skala intensitas III MMI yang artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan ada truk berlalu. Kemudian, gempa juga terasa di daerah Kupang dengan skala intensitas II-III MMI.
Lebih lanjut, Daryono mengatakan pemantauan BMKG hingga pukul 17.45 WIB belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock.
Meski demikian, masyarakat diimbau menghindari bangunan jika ada yang retak atau rusak akibat oleh gempa.
Kemudian, masyarakat juga diimbau memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.