GoTo Melantai di BEI Hari Ini, Simak 5 Hal yang Perlu Dicermati

Ilustrasi logo Goto, layanan dari Gojek dan Tokopedia.
JAKARTA, KOMPAS.com – PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (11/4/2022). Pencatatan saham GOTO ini menjadikan unicorn Indonesia ini sebagai perusahaan ke -15 yang tercatat di BEI sepanjang tahun 2022. Sejak rencana IPO GOTO tahun lalu, perusahaan yang fokus pada tiga lini bisnis mencakup layanan transportasi Gojek, e-commerce Tokopedia, serta layanan financial technologi melalui GoTo Financials mendorong antusiasme pasar yang begitu besar. Hal ini terbukti dari kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 15,7 kali. Padahal, jumlah saham perdana yang akan dilepas hanya 3,43 persen dari seluruh saham yang ada. GOTO juga dihadapkan pada beberapa fakta yang menjadi pertimbangan investor, salah satunya laporan keuangan GOTO yang masih merugi. Baca juga: IPO GoTo Kelebihan Permintaan 15,7 Kali, Analis: Investor Lebih Tertarik dengan Masa Depan Hal ini tentunya menjadi pertimbangan sebagian investor, yang mana hal ini juga terjadi pada IPO Bukalapak (BUKA) tahun lalu, yang masih mencatatkan kerugian dalam laporan keuangannya. Nah, untuk lebih rinci, simak beberapa hal yang perlu dicermati investor sebelum beli saham GOTO saat IPO: 1. Laporan keuangan Dalam public expose beberapa waktu lalu, GOTO mencantumkan dalam prospektusnya bahwa perusahaan masih dalam keadaan rugi. Bahkan perusahaan tidak bisa menjamin akan profit dalam beberapa tahun ke depan. Menurut Chief Executive Officer (CEO) Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengungkapkan, tidak ada perusahaan startup yang melakukan IPO dalam keadaan untung. Ini juga terjadi pada perusahaan international seperti Amazon, Tesla, dan Sea Limited. “Tidak ada perusahaan startup, apalagi tech company, yang melakukan IPO dalam keadaan sudah untung. Studi kasusnya pun ada, sebut saja Amazon, Tesla, hingga Sea Limited masih merugi ketika melantai di Bursa Wall Street. Bukan berarti IPO mereka tidak menarik bukan?” kata Bernadus dalam postingan di Instagram, dan telah dikonfirmasi Kamis (18/3/2022). Sebagai catatan, nilai transaksi bruto (GTV) GoTo mencapai Rp 414 triliun selama 12 bulan terakhir. Tingkat pertumbuhan tahunan GTV kuartal III 2020 dan 2021 mencapai 62 persen. Jumlah transaksi setahun terakhir mencapai 55 juta konsumen. Jumlah pesanan yang diproses sebanyak 2 miliar pesanan melalui 2,5 juta mitra driver dan lebih dari 14 juta merchant. Sementara itu, tingkat margin kerugian EBITDA yang disesuaikan membaik sebesar 157 poin persentase antara 2018 hingga 9 bulan pertama tahun 2021.
Adapun tingkat margin kerugian sebelum pajak penghasilan membaik sebesar 149 poin persentase antara 2018 hingga 9 bulan pertama tahun 2021. Jadi, saat ini memang GoTo masih mengalami rugi, namun kinerjanya terus menunjukkan ke arah perbaikan. Baca juga: Driver Gojek Bakal Kebagian Saham GoTo Senilai Rp 310 Miliar 2. Kapitalisasi pasar yang besar GoTo melepas sebanyak 46,7 miliar saham seri a yang seluruhnya merupakan saham baru dan dikeluarkan dari portepel emiten, yang mewakili sebesar 3,43 persen dari modal ditempatkan dan disetor emiten setelah Penawaran Umum Perdana Saham seharga Rp 338 per saham. GoTo berpeluang mengantongi dana segar hasil IPO sebesar Rp 13,7 triliun. Adapun kapitalisasi pasar GoTo diperkirakan mencapai Rp 400,3 triliun. secara valuasi kapitalisasi pasar GoTo jauh lebih besar mencapai Rp 400,3 triliun, berbeda dengan BUKA yang hanya Rp 87 triliun. Posisi tersebut juga mendorong GoTo masuk ke jajaran kapitalisasi pasar besar atau big cap dan sejajar dengan beberapa perusahaan tercatat lain, seperti Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Telkom Indonesia (TLKM). Bank Central Asia (BBCA) memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 964,13 triliun, BBRI Rp 705,2 triliun, dan TLKM Rp 447,7 triliun. Menurut Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat, pada dasarnya IPO GoTo dan Bukalapak tidak berbeda jauh. Kedua perusahaan teknologi besar ini, jika merujuk dari laporan keuangan, sama-sama masih mengalami kerugian. “Terkait IPO GoTo, memang orang sudah pasti akan membandingkannya dengan IPO BUKA, yang kita tau harganya sudah sudah turun sangat signifikan. Kalau ada orang beli IPO BUKA, mungkin sekarang dia menemukan kerugian yang tidak kecil,” kata Teguh saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (15/3/2022). Teguh mengatakan, jika dilihat dari harga sahamnya, memang IPO GoTo lebih murah daripada IPO BUKA, yakni Rp 316 per saham sampai dengan Rp 346 per saham. Namun, jika dilihat dari sisi kapitalisasi pasar atau market cap, maka IPO GoTo lima kali lebih besar daripada IPO BUKA. “Dari sisi market cap perusahaannya, waktu IPO BUKA itu nilai seluruh sahamnya berdasarkan harga IPO yang dikalikan dengan jumlah saham beredar adalah Rp 88 triliun. Sementara IPO GoTo, market cap-nya mencapai lebih dari Rp 400 triliun, sehingga valuasi GoTo lebih tinggi daripada BUKA,” tambah dia. Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, sebagai perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang cukup besar juga menjadi daya tarik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *