Bola.com, Jakarta – Timnas Indonesia U-23 berharap bisa menjadi juara dan meraih medali emas SEA Games 2021 di Hanoi, Vietnam, pada Mei 2022. Bukan hal mudah jika berkaca dari SEA Games 2019 di Manila, Filipina.
Kala itu, Timnas Indonesia berhasil menembus babak final. Namun, tim asuhan Indra Sjafri itu takluk dari Vietnam dengan skor 0-3.
Kini, sang juara bertahan juga akan berstatus sebagai tuan rumah. Tentu Vietnam akan menjadi tim yang paling ditakuti karena punya dukungan luar biasa dari para penggemarnya untuk bisa mempertahankan status sebagai juara.
Kendati demikian, ada pelajaran penting yang bisa dipetika dari SEA Games 2019 itu. Bola.com merangkum beberapa faktor yang membuat Timnas Indonesia menyerah ketika itu. Padahal Tim Garuda Muda sempat memegang kendali permainan pada awal laga.
Dalam edisi sebelumnya, Timnas Indonesia U-23 diperkuat materi pemain yang merata. Mereka pemain terbaik di posisinya, seperti Nadeo Argawinata, Bagas Adi Nugroho, Evan Dimas, Asnawi Mangkualam, Syahrian Abimanyu, Witan Sulaeman, Egy Maulana, dan masih banyak lagi.
Namun, mereka tidak berdaya saat dua kali bersua Vietnam di fase grup dan final. Dalam fase grup, Timnas Indonesia menyerah 1-2, sementara di partai puncak mereka kalah lebih telak 0-3.
Berikut tiga kegagalan Timnas Indonesia meraih medali emas di SEA Games 2019:
Mendadak Kehilangan Evan Dimas
Dalam partai puncak, permainan Timnas Indonesia menurun setelah Evan Dimas ditarik keluar pada menit ke-20. Gelandang sekaligus pengatur irama permainan Indonesia tersebut mengalami cedera engkel setelah diinjak pemain Vietnam, Doan Van Hau. Ketika Evan keluar, gawang Indonesia kemasukan tiga gol.
Bisa jadi, waktu itu Indonesia ketergantungan terhadap Evan di lini tengah. Sehingga saat mendadak dia cedera, penggantinya tak bisa menjalankan peran Evan. Padahal waktu itu, Syahrian Abimanyu yang menggantikan.
Secara skill dan visi bermain, Abi tak beda jauh dengan Evan. Tapi, entah mengapa Indonesia lebih keteteran saat Evan keluar. Ada kemungkinan karakter Evan yang tenang menular ke rekan-rekannya. Sehingga saat dia cedera, pemain lain terlihat panik dan mudah kehilangan bola.