JIKA Timnas Vietnam U-19 dan Timnas Thailand U-19 terbukti melakukan praktik sepakbola gajah, beranikah Federasi Sepakbola Asia Tenggara (AFF) mencoret keduanya dari Piala AFF U-19 2022? Jangan sampai gara-gara AFF tidak tegas memberi hukuman, kejadian seperti ini berulang terus-menerus.
Sebelumnya, praktik sepakbola gajah yang fenomenal di kawasan Asia Tenggara tercipta pada 1998, tepatnya di ajang Piala AFF. Saat itu, Timnas Indonesia dan Thailand yang memenangkan dua laga awal Grup A Piala AFF 1998, bersua di laga pamungkas.
(Timnas Indonesia U-19 menjadi korban dari adanya dugaan praktik sepakbola gajah di laga Vietnam vs Thailand)
Uniknya, kedua tim sama-sama enggan memenangkan pertandingan. Sebab, jika memenangkan laga, tim pemenang bakal bertemu tuan rumah Vietnam di semifinal Piala AFF 1998. Saat itu, di luar dugaan Vietnam hanya finis sebagai runner-up Grup B.
Hingga waktu normal hampir habis, skor Timnas Indonesia vs Thailand sama kuat 2-2. Jika skor ini bertahan hingga habis, Timnas Indonesia bakal finis sebagai juara grup, mengingat mereka unggul selisih gol atas Thailand.
Namun, keputusan luar biasa diambil bek Timnas Indonesia, Mursyid Effendi. Ia memilih sengaja menceploskan bola ke gawang sendiri tepatnya di menit 90, sehingga Timnas Indonesia kalah 2-3 dari Thailand.
Saat itu, pencinta sepakbola Vietnam melayangkan protes. Mereka meminta kepada AFC dan AFF untuk mencoret Timnas Indonesia dan Thailand dari semifinal Piala AFF 1998. Namun, protes itu tidak digubris AFF dan AFC.
Timnas Indonesia dan Thailand tetap tampil di semifinal Piala AFF 1998. Hanya saja bak terkena karma, keduanya sama-sama tumbang di semifinal. Thailand dihajar Vietnam 0-3, sedangkan Timnas Indonesia tumbang 1-2 dari Singapura.
Setelah turnamen rampung, Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) melakukan penyelidikan. Hasilnya, Mursyid Effendi dilarang bermain sepakbola di pentas internasional, sedangkan Timnas Indonesia dan Thailand sama-sama dihukuma denda USD40 ribu atau kini setara Rp599 juta.