Analis politik dan penulis asal Amerika Serikat, Janusz Bugajski, memprediksi Rusia saat ini sedang dalam kondisi tidak stabil sehingga tak lama lagi bakal mengalami keruntuhan.
Bugajski menerangkan fondasi Rusia sejatinya jauh lebih rapuh dibandingkan propaganda Moskow yang mencoba meyakinkan warganya dan orang luar mengenai kekuatan mereka.
Menurutnya, Moskow mengalami banyak permasalahan internal yang bisa memicu guncangan besar di negara itu. Permasalahan itu mulai dari penurunan ekonomi, pengetatan anggaran, rezim personalistik tanpa garis suksesi, dan kekalahan militer yang tinggi di Ukraina.
Bugajski menilai masalah-masalah tersebut bakal memicu konflik di antara elit, termasuk antara pemerintah pusat dan sejumlah besar republik dan wilayah Rusia.
“Kita sudah melihat tanda-tanda konflik antara lembaga-lembaga kekuasaan yang berbeda, kematian misterius lebih dari selusin oligarki, dan seringnya operasi bersih-bersih kepemimpinan militer,” kata Bugajski seperti dikutip Kyiv Post, Minggu (7/5).
Menanggapi pernyataan Bugajski, wartawan Kyiv Post pun bertanya mengenai peluang Presiden Rusia Vladimir Putin benar-benar bisa kehilangan kendali atas Rusia. Sebab Putin selama ini dikenal memiliki pemahaman yang kuat atas seluruh aspek negara tersebut.
Bugajski lantas menjawab bahwa cengkeraman Putin bakal melemah secara signifikan seiring dengan kerugian teritorial di Ukraina yang tak bisa disembunyikan.
Tak cuma itu, penurunan drastis layanan pemerintah seperti yang diproyeksikan selama setahun mendatang juga menurutnya bakal melemahkan kekuatan Putin.
“Perpecahan bakal dipercepat setelah Putin berakhir atau digulingkan, karena perebutan kekuasaan internal meningkat dan beberapa pemimpin regional bakal melihat peluang untuk membentuk negara-negara baru yang mirip dengan apa yang terjadi selama runtuhnya Uni Soviet,” kata Bugajski.
Dia menduga wilayah-wilayah regional bakal mendeklarasikan kedaulatan dan kemerdekaannya setelah Rusia benar-benar runtuh.
Wilayah-wilayah tersebut khususnya adalah daerah yang membenci eksploitasi Moskow atas sumber daya dan anggaran mereka serta wilayah yang berbagi perbatasan darat atau laut dengan negara-negara tetangga dan memiliki populasi yang sama.
“Moskow akan mencoba mempertahankan daerah penghasil energi dan bahan baku yang lebih kaya di negara yang ada, namun beberapa aktor politik bakal melihat ini sebagai basis yang berharga untuk mendirikna negara-negara merdeka,” ucapnya.
Lebih lanjut, Bugajski juga menyebut kekuatan militer Rusia yang saat ini masih sangat besar tak akan mampu meredam upaya pemberontakan dan kemerdekaan wilayah-wilayah tersebut.
Sebab para prajurit dan aparat yang sudah merasakan pahitnya bertugas di Ukraina “akan menyimpan banyak keluhan terhadap rezim.”
Yang terjadi selanjutnya ialah perekrutan militer akan dibuka untuk milisi republik dan regional yang independen.
Sementara itu, Bugajski juga menilai pecahnya Rusia ini bisa memperkuat upaya Ukraina menjadi anggota NATO dan mempercepat jalan negara itu bergabung dengan Uni Eropa.
Menurutnya, Kyiv mesti segera mempersiapkan rencana darurat atas kemungkinan keruntuhan Moskow dan mulai bekerja sama dengan negara-negara tetangganya, NATO, kelompok emigran, serta para tokoh yang muncul sebagai calon pemimpin pasca kehancuran Rusia.
“Kyiv juga harus mempersiapkan rencana darurat atas pecahnya Rusia dan bekerja sama dengan negara tetangga, NATO, kelompok emigran, dan pemimpin pasca-Rusia yang muncul di berbagai republik dan wilayah,” ujar dia.
Belakangan Rusia memang mengalami gonjang-ganjing internal, terutama setelah pasukan Kremlin terus dilaporkan mengalami kegagalan di Ukraina. Pasukan militer negara dan pasukan swasta lantas saling melempar kritik karena hal tersebut.
Bukan cuma itu, pasukan swasta yakni Wagner Group bahkan baru-baru ini mengancam akan menarik pasukan dari Bakhmut, Ukraina, karena tak kunjung diberikan amunisi tambahan ke garis depan perang tersebut. Padahal kondisi pasukan di medan perang sudah sangat mengenaskan.
Sejumlah tentara Rusia bahkan pernah mengaku bahwa mereka dikerahkan ke Ukraina hanya untuk mati lantaran tak dibekali persiapan dan senjata yang memadai.
Kendati begitu, pemerintah Rusia akhirnya berjanji bakal mengirimkan pasokan senjata kepada Wagner. Wagner pun menyatakan bakal melanjutkan perang demi Rusia di salah satu lokasi yang menjadi titik nyala peperangan tersebut.