Apple merilis produk baru pertamanya sejak 2014. Produk baru tersebut adalah kacamata realitas tertambah (AR) bernama Vision Pro, yang dijual mulai harga US$ 3.499 (sekitar Rp 52 juta).
Vision Pro besutan Apple bakal berkompetisi dengan produk kacamata AR milik Meta, yang dinamakan Quest. Produk untuk mengakses “metaverse” yang digaungkan Mark Zuckerberg tersebut harganya jauh lebih murah dari Vision Pro Apple.
Meta Quest 2, kacamata AR generasi terakhir yang sudah tersedia di pasaran, dijual mulai harga US$ 299,99 atau sekitar Rp 4,5 juta. Quest 3 yang segera dirilis, dibanderol dengan harga US$ 499,99 atau sekitar Rp 7,4 juta.
Seperti dipamerkan oleh CEO Apple Tim Cook, pengguna Vision Pro bisa memilih berbagai konten melalui kacamata mereka dengan jentikan jari mereka dan menggeser layar dengan gerakan jari. Kacamata ini juga bisa dilengkapi oleh kamera 3D dan mikrofon untuk merekam video dan mengambil foto 3D.
Fitur yang membuat Vision Pro berbeda dengan kacamata lain adalah pilihan untuk menampilkan mata pengguna sehingga terlihat oleh orang-orang di sekelilingnya.
Pengguna bisa memilih untuk sepenuhnya tenggelam di dunia virtual, yaitu dengan membuat seluruh pandangannya ke dunia nyata gelap. Ketika didekati oleh orang lain yang juga di mode virtual, keduanya akan bisa saling melihat satu sama lain.
Vision Pro tersedia di Amerika Serikat mulai awal 2024, diikuti oleh negara-negara lain beberapa bulan setelahnya.
IDC memperkirakan sekitar 80 persen dari perangkat AR/VR yang terjual di pasaran merupakan produk besutan Meta.
“Perbedaan utamanya, menurut saya, Zuckerberg ingin menciptakan dunia virtual tempat pengguna berinteraksi, sedangkan Apple ingin kita tetap ada di dunia nyata tetapi dengan ‘memperbesarnya’,” kata analis Creative Strategies, Carolina Milanesi, seperti dikutip Reuters, Selasa (6/6/2023).
Selain Meta dan Apple, Sony Group dan induk usaha TikTok, ByteDance, juga telah merilis perangkat realitas virtual (VR). IDC memperkirakan sekitar 8,8 juta unit perangkat kacamata VR/AR dijual sepanjang tahun lalu.
Fitur yang membuat Vision Pro berbeda dengan kacamata lain adalah pilihan untuk menampilkan mata pengguna sehingga terlihat oleh orang-orang di sekelilingnya.
Pengguna bisa memilih untuk sepenuhnya tenggelam di dunia virtual, yaitu dengan membuat seluruh pandangannya ke dunia nyata gelap. Ketika didekati oleh orang lain yang juga di mode virtual, keduanya akan bisa saling melihat satu sama lain.
Vision Pro tersedia di Amerika Serikat mulai awal 2024, diikuti oleh negara-negara lain beberapa bulan setelahnya.
IDC memperkirakan sekitar 80 persen dari perangkat AR/VR yang terjual di pasaran merupakan produk besutan Meta.
“Perbedaan utamanya, menurut saya, Zuckerberg ingin menciptakan dunia virtual tempat pengguna berinteraksi, sedangkan Apple ingin kita tetap ada di dunia nyata tetapi dengan ‘memperbesarnya’,” kata analis Creative Strategies, Carolina Milanesi, seperti dikutip Reuters, Selasa (6/6/2023).
Selain Meta dan Apple, Sony Group dan induk usaha TikTok, ByteDance, juga telah merilis perangkat realitas virtual (VR). IDC memperkirakan sekitar 8,8 juta unit perangkat kacamata VR/AR dijual sepanjang tahun lalu.