Balai Wilayah Sungai Sulawesi I akan mengkaji ulang dalam menempatkan pengaman pantai di lokasi abrasi pesisir pantai Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan.
“Kita ingin melakukan pelandaian, akan tetapi masyarakat di sana ingin dipasang pengamanan pantai permanen,” kata Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, I Komang Sudana di Manado, Senin.
Meski begitu, kata dia, BWSS I akan menyampaikan ke Kementerian PUPR terkait dengan rencana tersebut.
Dia berharap, Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, dapat menyampaikan kondisi riil di lokasi abrasi saat ini, termasuk keinginan masyarakat untuk memasang pengaman pantai permanen.
Baca juga: 81 unit hunian tetap korban abrasi Amurang dibangun tahun depan
Baca juga: BPBD: Pembangunan huntap korban longsor pesisir Amurang Sulut bertahap
“Rekomendasi kita kemarin adalah akan melakukan perbaikan dan pemasangan pengaman tepi pantai, tapi kekhawatiran kami kemarin karena bencana geologi ketika kami memasang beban yang lebih berat takutnya akan amblas lagi,” ujarnya.
Karena itu, menurut Komang, pihaknya akan melakukan kajian ulang untuk mendapatkan keputusan, karena saat ini abrasi sudah masuk ke dalam dari garis pantai sebelumnya.
“Masuknya abrasi sudah sekitar 10-20 meter dari garis pantai sebelumnya saat bencana abrasi terjadi. Abrasi masih terus terjadi dan mengikis lokasi bencana sebelumnya,” katanya.
Pengamanan permanen di lokasi abrasi akan menempatkan bolder (pemecah/penahan ombak) sehingga ketika terjadi abrasi bisa tertahan di bolder tersebut.
“Itu yang dikehendaki masyarakat, kami kami masih mempertimbangkan. Apalagi di sekitar lokasi bencana abrasi informasinya ada palung, takutnya amblas lagi,” ujarnya.
Pada tengah Juni tahun 2022, abrasi menerjang pesisir pantai Kelurahan Uwuran Satu dan Bitung, Kecamatan Amurang.
Puluhan rumah hancur, abrasi pantai yang kemudian disimpulkan sebagai bencana geologi tersebut, juga menghancurkan lokasi wisata, jalan, jembatan serta fasilitas lainnya.