KOMPAS.com – Pelatih Everton, Frank Lampard, meminta anak-anak asuhnya fokus menatap pertandingan ketika dampak besar degradasi semakin membayangi.
Everton di bawah asuhan Frank Lampard semakin dekat dengan zona degradasi setelah menelan kekalahan dari Burnley pada laga tunda pekan ke-19 Premier League, kasta tertinggi Liga Inggris, musim 2021-2022.
Laga Burnley vs Everton yang digelar di Stadion Turf Moor pada Kamis (7/4/2022) dini hari WIB itu berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan tim tuan rumah.
Burnley selaku tim tuan rumah menang berkat gol-gol yang dicetak oleh Nathan Collins (12′), Jay Rodriguez (57′), dan Maxwel Cornet (85′).
Sementara itu, Everton yang sempat unggul 2-1 memperoleh gol berkat ekseskusi penalti penyerang asal Brasil, Richarlison (18′, 41′).
Kekalahan dari Burnley membuat posisi Everton semakin terancam.
Klub berjulukan The Toffees itu baru memetik dua kemenangan dari sembilan laga terakhir di Liga Inggris sejak Frank Lampard ditunjuk menggantikan pelatih sebelumnya, Rafael Benitez, pada akhir Januari 2022.
Everton kini menempati peringkat ke-17 atau satu strip di atas zona degradasi dengan koleksi 25 poin dari 29 pertandingan. Mereka hanya unggul satu angka atas Burnley yang berhasil naik ke peringkat ke-18 berkat torehan 24 poin.
Kondisi tersebut membuat Everton berada di bawah bayang-bayang zona degradasi.
Frank Lampard selaku pelatih menyadari situasi tersebut. Dia ingin para pemain tetap fokus menatap laga terdekat meski tengah dibayangi degradasi yang bisa berdampak besar terhadap klub.
“Kami tidak boleh terjebak dalam kata-kata. Kami harus bekerja, mempersiapkan diri, dan memberikan segalanya. Jika kami melakukan kesalahan seperti malam ini, lebih baik kami bersiap untuk bertarung. Begitulah adanya,” kata Lampard, dikutip dari BBC.
“Pemain tidak perlu mendengarkan, membaca, atau terlibat dalam apa pun selain berlatih dan bermain dengan tepat untuk hari Sabtu, mencoba mendapatkan hasil baik untuk mempertahankan kami di liga ini,” ujar Lampard.
Dampak besar degradasi bagi Everton
Bagi Everton, degradasi atau turun kasta ke divisi kedua Liga Inggris, Championship, akan memberikan dampak besar, terutama dalam hal finansial.
Ahli keuangan sepak bola di Universitas Sheffield Hallam Inggris, Dr Rob Wilson, telah memberikan gambaran terkait penurunan pendapatan yang akan dialami Everton jika terdegradasi dari Premier League.
Bahkan, penurunan pendapatan itu akan tetap dirasakan jika Everton finis di papan bawah atau beberapa strip di atas zona degradasi. Everton finis di peringkat ke-10 pada Liga Inggris musim lalu, sedangkan mereka kini terancam mengakhiri musim di seperempat posisi terbawah.
“Ini benar-benar bermasalah. Setiap posisi yang Anda tempati di akhir musim Premier League akan menghasilkan sekitar 2,5 juta pounds lebih tinggi,” kata Dr Rob Wilson pada pertengahan Maret lalu, dikutip dari The Athletic.
“Akan tetapi, tahun ini, Everton kemungkinan akan finis di seperempat posisi terbawah yang dapat menghapus hingga 25 juta pounds dari pendapatan mereka (dalam bentuk hadiah uang),” ujar Dr Rob Wilson.
Menurut Dr Rob Wilson, situasi itu akan memberi banyak tekanan terhadap kemampuan finansial Everton, termasuk tanggung jawab menyelesailkan tagihan yang sebagian besar hadir dalam bentuk upah.
“Ini memberi lebih banyak tekanan pada kemampuan mereka untuk memenuhi kewajiban keuangan,” tutur Dr Rib Wilson.
The Athletic menulis, Everton memiliki tagihan upah yang sangat tinggi, diyakini tertinggi ketujuh di divisi Premier League.
Terakhir, Everton diketahui memiliki tagihan upah sebesar 165 juta pounds dari musim 2019-2020.
Sejumlah pemain Everton disebut memiliki klausul degradasi dalam kontrak, yang berarti mereka akan mengalami pemotongan gaji jika klub turun kasta.
Dr Wilson menggambarkan, biasanya klub yang memberlakukan klausul degradasi akan mematok pengurangan gaji sekitar 50 sampai 70 persen.
Norwich City menjadi salah satu contoh klub yang menerapkan klausul degradasi tersebut.
“Biasanya, tim seperti Norwich mungkin akan memberlakukan pengurangan upah 50 hingga 70 persen jika terdegradasi,” ucap Dr Wilson.
“Jika Anda tidak memiliki klausul degradasi, itu memberi tekananan besar secara finansial,” imbuhnya.
Selain persolan upah, Everton juga terancam kehilangan sejumlah sponsor dan akan kesulitan mencari pengganti dengan nilai ideal jika terdegradasi dari Premier League.
Everton dilaporkan bakal berpisah dengan sponsor utama di jersey mereka, Cazoo, pada musim panas ini.
The Toffees terus mencari pengganti. Jika bisa bertahan di Premier League, mereka disebut bisa mendapat kesepakatan yang lebih menguntungakan daripada ketika masih bersama Cazoo.
Namun, jika terdegradasi, Everton bisa menjadi salah satu korban pengurangan nilai sponsor di jersey. Kisaran pengurangan nilai sponsor itu bisa mencapai 10 kali lipat.
Di samping persolan finansial, Everton juga dibayangi dampak yang berkaitan dengan upaya mempertahankan pemain.
Mereka bisa kehilangan sejumlah pemain bintang yang kini menghuni klub seperti Richarlison dan Dominic Calvert-Lewin jika terdegradasi.
Meski tak terdegradasi pun, Everton disebut akan kesulitan mempertahankan nama-nama tersebut untuk tetap mengabdi di kubu Merseyside Biru.