Cerita WNI di Bucha Bertahan di Tengah Perang Ukraina
– Dorongan hati untuk bertahan di Ukraina dan tinggal bersama suami, sempat membuat bimbang suasana hati Yanti alias Lerepina Nadeak Girenko, 39 tahun, WNI asal Tapanuli Utara, Sumatera Utara, yang tinggal di kota Bucha, Ukraina.Ketika dianjurkan suami untuk mengikuti evakuasi KBRI saat awal invasi Rusia ke Ukraina, Yanti lebih memilih hijrah dari Bucha ke rumah mertuanya yang masih berada di sekitar wilayah Kyiv pada Jumat, 25 Februari 2022. Kata-kata dari Sang Anak Denis Girenko, membuat Yanti tidak bisa berbuat apa-apa.”Mama, aku sayang papa, mama, dan adek. Aku tidak bisa jauh dari papa dan mama. Kalau bisa dipilih, aku mau hidup bersama mama, papa, adek. Dan begitu juga kalau dipilih mati, aku mau kita mati bersama. Karena tidak akan ada yang menderita di antara kita kalau kita hidup dan mati bersama,” kata Yanti menirukan ucapan bocah laki-laki 10 tahun, buah cintanya dengan Sergii Girenko, kepada Tempo, Kamis, 7 April 2022.
Yanti menetap di kota Bucha sejak 2018. Dia awalnya tinggal di Kyiv pada 2008, hingga pada 2010 Yanti menikah dengan Sergii Girenko. Keduanya dikaruniai dua anak, yakni Denis dan Mikolay, 7 tahun.
Girenko saat ini secara sukarela mengabdi untuk wajib militer. Sedangkan Yanti, ibu rumah tangga.
Dentuman bom, tembakan senjata, dan suara helikopter dari arah Gostomel yang tidak jauh dari Bucha, adalah beberapa perjuangan yang harus dilalui Yanti dan keluarga untuk keluar dari rumahnya. Setibanya di rumah mertua, yang jarak tempuhnya sekitar 1,5 jam dari Bucha, Yanti mengaku kerap dihimbau untuk bersembunyi di tempat aman ketika ada kabar serangan udara.”Saat invasi di Kyiv masih panas, saya dan ibu mertua membantu para pertahanan militer dan masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Misalnya, memasak makanan, yang nantinya akan dikirim, merakit kain cerca untuk menutupi pertahanan perbatasan wilayah di mana kita tinggal saat ini,” kata Yanti, menceritakan kesehariannya.
Petugas pemakaman dan penyelidik polisi memeriksa mayat warga sipil yang dikumpulkan dari jalan-jalan untuk dimakamkan di tengah serangan Rusia di Ukraina berlanjut, di kota Bucha, di luar Kyiv, Ukraina 6 April 2022. “Ini adalah kejahatan perang dan akan diakui oleh dunia sebagai genosida,” kata Zelenskiy. REUTERS/Oleg Pereverzev
Bucha, kota yang Yanti tempati hampir selama empat tahun itu kini luluh lantah. Pada Minggu 3 April 2022, dilaporkan ada ratusan mayat bergelimpangan di jalanan Kota Bucha. Ukraina menuntut pertanggung jawaban Rusia atas peristiwa pembunuhan massal ini.
“Sulit rasanya bagaimana saya kembali nantinya kesana. Kejadian ini akan terus terngiang seumur hidup,” kata Yanti.
Satu bulan lebih invasi Rusia ke Ukraina. Rusia membantah segala tuduhan kejahatan kriminal yang dialamatkan ke Moskow termasuk pembantaian massal yang terjadi di Bucha.
Negara-negara Barat mengecam Rusia atas peristiwa Bucha ini dengan memberlakukan sejumlah sanksi.Melihat situasi saat ini, Yanti berharap Ukraina segera merdeka dan rakyatnya bebas hidup di kedaulatan wilayahnya sendiri. Menurut dia, di Ukraina tidak ada intimidasi maupun kelompok nazi seperti yang dikatakan Rusia. Dia pun menyerukan agar perang segera dihentikan.