ISPA Mengintai di Musim Hujan, Apa Lagi?

ISPA Mengintai di Musim Hujan, Apa Lagi?

Ilustrasi hujan (pixabay.com)

 – Sejumlah penyakit perlu diwaspadai di musim hujan. Contohnya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yakni batuk, pilek, influenza, dan bronkitis. Ada juga penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dari nyamuk Aedes Aegypti, yakni penyakit Zika, demam berdarah dengue (DBD), dan demam Chikungunya. Selain itu, ada juga risiko gangguan penyakit yang disebabkan oleh patogen (bakteri, parasit, jamur), terutama menyerang daerah yang banyak sampah dan terkena banjir.

“Jika sampah mengontaminasi bahan makanan, makanan siap saji, atau air, maka ketika dikonsumsi dapat menghancurkan sel-sel tertentu pada tubuh dan menyebabkan penyakit demam tifoid, kolera, disentri, juga hepatitis,” ujar Medical Underwriter Sequis, dr. Debora Aloina Ita Tarigan.

Dia mengatakan saat musim hujan terjadi perubahan cuaca yang cukup ekstrem dan menyebabkan suhu udara relatif lebih dingin. Tubuh manusia sangat sensitif pada perubahan suhu sehingga akan berusaha keras menyesuaikan dengan temperatur dan hal ini dapat mempengaruhi daya tahan tubuh. Itu sebabnya saat musim pancaroba orang sering sakit karena imunitas tubuh terganggu.

Debora menyebutkan penyakit lain yang patut diwaspadai saat musim hujan yakni paru-paru basah. Menurutnya, jika udara terlalu dingin, ruangan kurang mendapatkan cahaya matahari dan sirkulasi atau pertukaran udara kurang, maka menyebabkannya lembap. 

Tempat yang lembap dapat meningkatkan perkembangbiakan virus, bakteri, jamur, dan tungau. Apalagi jika ruangan kotor, banyak debu, dan sering digunakan untuk merokok. Inilah alasan orang yang rutin menggunakan ruangan tersebut mudah terkena penyakit paru-paru basah.

Pemeriksaan khusus
Untuk mengetahui apakah orang terkena penyakit paru-paru basah bisa dengan melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis paru. Dokter biasanya akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan jika diperlukan akan dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti dahak, darah, rontgen paru, atau computer tomography (CT) untuk mendeteksi beberapa masalah paru.

“Jika ditemukan cairan menumpuk, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah terjadi peradangan sel kanker atau infeksi melalui USG dada Ultrasound,” kata Debora.

Pada beberapa kondisi paru-paru basah kemungkinan tidak berat dan bisa sembuh dengan cepat. Sebaliknya, jika sudah terinfeksi paru-paru basah namun dibiarkan atau tidak diobati secara medis, maka penyakit dapat berkembang lebih berat dan serius. Pasien kerap membutuhkan bantuan ventilator pada perawatan Intensive Care Unit (ICU).

Pemasangan alat bantu pernapasan dilakukan karena salah satu gejala paru-paru basah adalah kesulitan bernapas atau sesak napas. Pada beberapa orang kondisi tersebut bisa membahayakan jiwa. Debora menyarankan untuk mengenali gejala, antara lain batuk kering dan demam, sulit bernapas saat berbaring, nyeri dada, hingga terasa sesak napas dalam jangka waktu yang panjang atau berulang.

“Jangan sampai kita abai, menebak-nebak, atau berusaha menyembuhkan sendiri. Semakin cepat dikenali maka semakin cepat ditangani dokter dan mengurangi risiko penyakit semakin parah,” tuturnya.

Dia lalu menyarankan agar orang-orang memperhatikan kebersihan dalam rumah, memastikan kamar tidur memiliki ventilasi udara yang baik, senantiasa mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, serta memakai masker di lingkungan berpolusi atau bila dekat dengan orang yang tampak sedang flu dan batuk.

Menurutnya, ada baiknya juga orang-orang membentengi diri dengan vaksin influenza dan vaksin pneumonia (vaksin PCV) karena virus penyebab penyakit ini bekerja dengan cara menginfeksi saluran pernapasan bagian atas dan menyebabkan pneumonia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *