Kabupaten Ngawi
Ngawi | |
---|---|
Transkripsi bahasa daerah | |
• Hanacaraka | ꦔꦮꦶ |
• Pegon | ڠاوي |
• Alfabet Jawa | Ngawì |
• Hanzi | 加維 |
• Pinyin | Jiā wéi |
Julukan: Ngawi Ramah • Benteng • Bambu | |
Motto: Negeri Ngawi Ramah | |
Koordinat: 7.4019°S 111.445°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Dasar hukum | PP No. 28 Tahun 1982 |
Hari jadi | 7 Juli 1358 |
Ibu kota | Kota Ngawi |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar |
Pemerintahan | |
• Jenis | Pemerintah Daerah Kabupaten |
• Bupati | Ony Anwar Harsono |
• Wakil Bupati | Dwi Rianto Jatmiko |
• Sekretaris Daerah | Mokh Sodiq Triwidiyanto |
• Ketua DPRD | Heru Kusnindar |
Luas | |
• Total | 1.395,80 km2 (538,92 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 897.478 |
• Kepadatan | 643/km2 (1,670/sq mi) |
Demonim | – Orang Ngawi – Wong Ngawi (jv) – Ngawians (en) |
Demografi | |
• Agama | Islam 98,95% Kristen 1,02% – Protestan 0,64% – Katolik 0,38% Hindu 0,01% Buddha 0,01% Lainya 0,01[1] |
• Bahasa | Daftar |
• IPM | 71,75 (0,72) (2022) tinggi [2] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode pos | |
Kode area telepon | +62 351 |
Kode ISO 3166 | ID-JI |
Pelat kendaraan | AE – J**/K*/L*/M* |
Kode Kemendagri | 35.21 |
DAU | Rp896.052.870.000,00(2013)[3] |
Semboyan daerah | RAMAH (Rapi, Aman, Maju, Adil, dan Harmonis) |
Slogan pariwisata | Piknik nang Ngawi Asik |
Lagu daerah | “Suwe Ora Jamu” • “Lir-ilir” • “Cublak-cublak Suweng“ |
Rumah adat | Rumah Joglo |
Senjata tradisional | Keris • Celurit |
Flora resmi | Cerme |
Fauna resmi | Decu belang |
Situs web | ngawikab |
Ngawi (Jawa: ꦔꦮꦶ, Pegon: ڠاوي; Ngawì, Hanzi: 加維) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Wilayah Kabupaten Ngawi berada di Pulau Jawa. Ibu kotanya adalah Kecamatan Ngawi atau yang sering disebut Kota Ngawi. Ngawi terletak di ujung barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (keduanya masuk wilayah Provinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Madiun di timur, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun di selatan, serta Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah) di bagian barat.
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Kata Ngawi merupakan turunan kata dalam bahasa Jawa Kuno yaitu awi yang berarti bambu. Kata awi kemudian memperoleh imbuhan Ng yang menandakan bahwa di daerah ini terdapat banyak pohon bambu.[4] Seperti halnya dengan nama-nama di daerah-daerah lain yang banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang dikaitkan dengan nama tumbuh-tumbuhan. Seperti Ngawi menunjukkan suatu tempat yang di sekitar pinggir Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang banyak ditumbuhi bambu.[5]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Masa pemerintahan Kerajaan Majapahit[sunting | sunting sumber]
Wilayah Ngawi telah menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit pada tanggal 7 Juli 1358 M ketika Hayam Wuruk memerintah. Informasi ini disebutkan dalam Prasasti Canggu yang berangka tahun 1280 dalam kalender Saka. Status Ngawi pada masa ini adalah daerah otonom yang berbentuk desa dengan tugas utama mengelola penyeberangan di sungai.[6]
Hari Jadi[sunting | sunting sumber]
Penelusuran Hari jadi Ngawi dimulai dari tahun 1975, dengan dikeluarkannya SK Bupati KDH Tk. II Ngawi Nomor Sek. 13/7/Drh, tanggal 27 Oktober 1975 dan nomor Sek 13/3/Drh, tanggal 21 April 1976. Ketua Panitia Penelitian atau penelusuran yang di ketuai oleh DPRD Kabupaten Dati II Ngawi. Dalam penelitian banyak ditemui kesulitan-kesulitan terutama narasumber atau para tokoh-tokoh masayarakat, namun mereka tetap melakukan penelitian lewat sejarah, peninggalalan purbakala dan dokumen-dokumen kuno.[butuh rujukan]
Di dalam kegiatan penelusuran tersebut dengan melalui proses sesuai dengan hasil sebagai berikut:[butuh rujukan]
- Pada tanggal 31 Agustus 1830, pernah ditetapkan sebagai Hari Jadi Ngawi dengan Surat Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Ngawi tanggal 31 Maret 1978, Nomor Sek. 13/25/DPRD, yaitu berkaitan dengan ditetapkan Ngawi sebagai Order Regentschap oleh Pemerintah Hindia Belanda.
- Pada tanggal 30 September 1983, dengan Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Ngawi nomor 188.170/2/1983, ketetapan diatas diralat dengan alasan bahwa tanggal 31 Agustus 1830 sebagai Hari Jadi Ngawi dianggap kurang Nasionalis, pada tanggal dan bulan tersebut justru dianggap memperingati kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.
- Menyadari hal tersebut Pada tanggal 13 Desember 1983 dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi nomor 143 tahun 1983, dibentuk Panitia/Tim Penelusuran dan penulisan Sejarah Ngawi yang diktuai oleh Drs. Bapak Moestofa.
- Pada tanggal 14 Oktober di sarangan telah melaksanakan simposium membahas Hari Jadi Ngawi oleh Bapak MM.Soekarto
K, Atmodjo dan Bapak MM. Soehardjo Hatmosoeprobo dengan hasil symposium tersebut menetapkan:[butuh rujukan]
- Menerima hasil penelusuran Bapak Soehardjo Hatmosoeprobo tentang Piagam Sultan Hamengku Buwono tanggal 2 Jumadilawal 1756 Aj, selanjutkan menetapkan bahwa pada tanggal 10 November 1828 M, Ngawi ditetapkan sebagai daerah Narawita (pelungguh) Bupati Wedono Monco Negoro Wetan. Peristiwa tersebut merupakan bagian dari perjalanan Sejarah Ngawi pada zaman kekuasaan Sultan Hamengku Buwono.
- Menerima hasil penelitian Bapak MM. Soekarto K. Atmodjo tentang Prasasti Canggu tahun 1280 Saka pada masa pemerintahan Majapahit di bawah Raja Hayam Wuruk. Selanjutmya menetapkan bahwa pada tanggal 7 Juli 1358 M, Ngawi ditetapkan sebagai Naditirapradesa (daerah penambangan) dan daerah swatantra. Peristiwa tersebut merupakan Hari Jadi Ngawi sepanjang belum diketahui data baru yang lebih tua.
Melalui Surat Keputusan nomor: 188.70/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 DPRD Kabupaten Dati II Ngawi telah menyetujui tentang penetapan Hari Jadi Ngawi yaitu pada tanggal 7 Juli 1358 M. Dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi No. 04 Tahun 1987 pada tanggal 14 Januari 1987. Namun Demikian tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penelusuran lebih lanjut serta menerima masukan yang berkaitan dengan sejarah Ngawi sebagai penyempurnaan di kemudian hari.[5]
Wilayah administratif[sunting | sunting sumber]
Kabupaten Ngawi merupakan salah satu kabupaten di bagian barat Jawa Timur. Wilayah Kabupaten Ngawi berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Kabupaten Ngawi memiliki wilayah seluas 1.298,58 km2. Posisi Kabupaten Ngawi Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada titik koordinat 110°11’–111°40’ Bujur Timur dan 7°21’–7°31’ Lintang Selatan.[7]
Pada awal pembentukannya, Kabupaten Ngawi terbagi menjadi 17 kecamatan yang terbagi menjadi 213 desa dan 4 kelurahan. Lalu pada tahun 2004, jumlah kecamatan di Kabupaten Ngawi bertambah menjadi 19 kecamatan.[8] Dua kecamatan baru ialah Kecamatan Kasreman adalah pemekaran dari Kecamatan Padas, sedangkan Kecamatan Gerih adalah pemekaran dari Kecamatan Geneng.[butuh rujukan]
Batas wilayah[sunting | sunting sumber]
Kabupaten Ngawi berbatasan langsung dengan beberapa wilayah, yaitu:[butuh rujukan]
Utara | Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Blora (dua kabupaten terakhir termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah) |
Timur | Kabupaten Madiun |
Selatan | Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun |
Barat | Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar (keduanya termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah) |
Geografi[sunting | sunting sumber]
Wilayah Kabupaten Ngawi terbagi menjadi dataran tinggi dan dataran rendah. Wilayah dataran tinggi berada di kaki Gunung Lawu yang meliputi empat kecamatan yaitu Kecamatan Sine, Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal. Bagian lain yang termasuk dataran tinggi ialah kompleks Pegunungan Lawu di barat daya Kabupaten Ngawi. Sementara di bagian utara Kabupaten Ngawi merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng yang terdiri dari perbukitan.[9] Sekitar 40 persen atau sekitar 558,4 km2 berupa lahan sawah.[butuh rujukan]
Iklim[sunting | sunting sumber]
Iklim di Kabupaten Ngawi adalah iklim tropis. Suhu udara di wilayah Kabupaten Ngawi bervariasi sebagai akibat dari tingkat elevasi tanah, tetapi secara umum suhu udara di wilayah Kabupaten Ngawi berkisar antara 20°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi berkisar antara 68–85%. . Wilayah Kabupaten Ngawi beriklim muson tropis (Am) berdasarkan klasifikasi iklim Koppen. Terdapat dua musim di wilayah ini yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson, yaitu musim kemarau yang dipengaruhi angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin dan musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat daya–barat laut yang bersifat basah dan lembap. Musim kemarau di wilayah Ngawi berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Sedangkan musim penghujan di wilayah ini berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah Januari dengan jumlah curah hujan bulanan lebih dari 280 mm per bulan. Curah hujan di wilayah Kabupaten Ngawi berkisar antara 1.500–2.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–140 hari hujan per tahun.[butuh rujukan]