Kabupaten Ponorogo
Kabupaten Ponorogo | |
---|---|
Transkripsi bahasa daerah | |
• Hanacaraka | ꦥꦤꦫꦒ |
• Jawa Pegon | ڤَانَارَاڮَا / ڤاناراڮا |
• Hanzi | 波諾羅戈 |
Julukan: Reog Ponorogo | |
Motto: Ponorogo HEBAT (Harmonis, Elok, Bergas, Amanah dan Taqwa) | |
Koordinat: 7.8686°S 111.4619°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Hari jadi | 11 Agustus 1496 |
Ibu kota | Kota Ponorogo |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar |
Pemerintahan | |
• Jenis | Pemerintahan Kabupaten |
• Bupati | Sugiri Sancoko |
• Wakil Bupati | Lisdyarita |
• Sekretaris Daerah | Drs. Agus Pramono |
• Ketua DPRD | Sunarto |
Luas | |
• Total | 1.371,78 km2 (529,65 sq mi) |
Ketinggian tertinggi | 2.563 m (8,409 ft) |
Ketinggian terendah | 92 m (302 ft) |
Populasi (2022)[1] | |
• Total | 964.253 |
• Kepadatan | 700/km2 (1,800/sq mi) |
• Laki-laki | 474.260 |
• Perempuan | 475.060 |
Demonim | Warga Ponorogo (id) Wong Ponorogo (jw)[nb 1] Ponoragan (en) |
Demografi | |
• Agama | Islam 98,11% Kristen 0,60% – Protestan 0,33% – Katolik 0,27% Buddha 0,03% Hindu 0,01% Lainnya 1,25%[3] |
• Bahasa | |
• IPM | 0.711 (Tinggi) (2021)[4] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode pos | |
Kode area telepon | +62352 |
Kode ISO 3166 | ID-JI |
Pelat kendaraan | AE xxxx S**/T*/U*/V*/W* |
Kode Kemendagri | 35.02 |
APBD | Rp 2.439.280.432.343 (2020)[5] |
PAD | Rp 295.144.564.691,00 (2020)[5] |
DAU | Rp 1.101.498.854.000 (2020)[5] |
Semboyan daerah | REOG (Resik, Endah, Omber, Girang-gemirang) |
Slogan pariwisata | the Ethnic Art of Java |
Flora resmi | Sonokeling |
Situs web | ponorogo |
Ponorogo (Jawa: ꦥꦤꦫꦒ, translit. Panaraga, diucapkan [pɔnɔrɔgɔ]) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Ponorogo Kota. Kabupaten ini terletak di koordinat 111° 17’–111° 52’ BT dan 7° 49’–8° 20’ LS dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 1.371,78 km².[6] Kabupaten ini terletak di bagian barat provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2022, jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo adalah 964.253 jiwa.[7]
Hari jadi Kabupaten Ponorogo diperingati setiap tanggal 11 Agustus, karena pada tanggal 11 Agustus 1496, Bathara Katong diwisuda/dinobatkan sebagai adipati pertama Kadipaten Ponorogo. Pada tahun 1837, Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo.[8][9] Semenjak tahun 1944 hingga sekarang Kabupaten Ponorogo sudah berganti kepemimpinan sebanyak 16 kali.
Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Ponorogo juga dikenal sebagai Santri karena memiliki banyak pondok pesantren, salah satu yang terkenal adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di Desa Gontor, Kecamatan Mlarak.
Setiap tahun pada bulan Suro (Muharram), Kabupaten Ponorogo mengadakan suatu rangkaian acara berupa pesta rakyat yaitu Grebeg Suro. Pada pesta rakyat ini ditampilkan berbagai macam seni dan tradisi, di antaranya Festival Nasional Reog Ponorogo, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel.[10]
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Ponorogo berasal dari dua kata yaitu pramana dan raga. Pramana berarti daya kekuatan, rahasia hidup, sedangkan raga berarti badan, jasmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa di balik badan manusia tersimpan suatu rahasia hidup (wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah / lawamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan menempatkan diri di mana pun dan kapan pun berada.[9] Namun ada pula yang menyebutkan bahwa pana berarti melihat dan raga berarti badan, raga, atau diri. Sehingga arti Panaraga adalah “melihat diri sendiri” atau dalam kata lain disebut “wawas diri”.[11]
Asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathara Katong, Kiai Mirah, Seloaji, dan Jayadipa pada hari Jumat saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga yang akhirnya berubah menjadi Panaraga (Ponorogo).[9]
Pendapat lain tentang asal mula nama Ponorogo diutarakan oleh Pigeaud, yang berbunyi:[12]
[…] Saya rasa cukup pasti bahwa nama itu dapat disejajarkan dengan nama Jogorogo, nama lama dari wilayah utara Lawu. […] Saya menyarankan untuk menyetarakan kata rogo dengan rowo [rawa], sedangkan pono dengan bono (lanskap). Secara kebahasaan, hanya sedikit yang menyangsikan ini. Telah diketahui bahwa Madiun dulunya merupakan rawa yang besar. Jogorogo dapat dipahami sebagai ‘perbatasan rawa’, sedangkan Ponorogo adalah perubahan linguistik selanjutnya.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Menurut Babad Ponorogo, berdirinya Kabupaten Ponorogo dimulai setelah Raden Katong sampai di wilayah Wengker. Pada saat itu Wengker dipimpin oleh Surya Ngalam yang dikenal sebagai Ki Ageng Kutu. Raden Katong lalu memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman (yaitu di Dusun Plampitan, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan sekarang). Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman.
Tahun 1482–1486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil.
Dengan persiapan dalam rangka merintis kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama.
Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496, tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala berupa sepasang batu gilang yang terdapat di depan gapura kelima di kompleks makam Batara Katong dan juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History. Pada batu gilang tersebut tertulis candrasengkala memet berupa gambar manusia yang bersemadi, pohon, burung garuda dan gajah. Candrasengkala ini menunjukkan angka tahun 1418 Saka atau tahun 1496 M. Sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo yaitu hari Minggu Pon, tanggal 1 Besar 1418 Saka bertepatan tanggal 11 Agustus 1496 M atau 1 Dzulhijjah 901 H. Selanjutnya melalui seminar Hari Jadi Kabupaten Ponorogo yang diselenggarakan pada tanggal 30 April 1996 maka penetapan tanggal 11 Agustus sebagai Hari Jadi Kabupaten Ponorogo telah mendapat persetujuan DPRD Kabupaten Ponorogo.[8][9]
Sejak berdirinya Kadipaten Ponorogo di bawah pimpinan Raden Katong, tata pemerintahan menjadi stabil dan pada tahun 1837 Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo hingga sekarang.[9]
Geografi[sunting | sunting sumber]
Kabupaten Ponorogo terletak di antara 111° 17’–111° 52’ BT dan 7° 49’–8° 20’ LS. Jarak ibu kota Ponorogo dengan ibu kota Provinsi Jawa Timur (Surabaya) kurang lebih 200 km ke arah timur laut dan ke ibu kota negara (Jakarta) kurang lebih 800 km ke arah barat.[6]
Batas Administrasi[sunting | sunting sumber]
Kabupaten Ponorogo berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:[13]
Utara | Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Nganjuk |
Timur | Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek |
Selatan | Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Trenggalek |
Barat | Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah) |
Topografi[sunting | sunting sumber]
Kabupaten Ponorogo mempunyai luas wilayah 1.371,78 km² dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 subarea, yaitu area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan area dataran rendah. Sungai yang melewati ada 14 sungai dengan panjang antara 4–58 km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah, sedangkan sisanya digunakan untuk ladang pekarangan.[6]
Iklim[sunting | sunting sumber]
Kabupaten Ponorogo memiliki iklim muson tropis (Am) yang mengalami dua musim sebagai akibat dari pergerakan angin muson, yaitu musim kemarau yang disebabkan oleh angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin dan musim hujan yang disebabkan oleh angin muson barat–barat laut yang bersifat basah dan lembap. Curah hujan paling tinggi terjadi pada periode bulan Desember, Januari, dan Februari dengan curah hujan bulanan lebih dari 200 mm per bulan. Curah hujan terendah terjadi pada periode bulan Juli, Agustus, dan September dengan curah hujan kurang dari 80 mm per bulan. Suhu di Kabupaten Ponorogo sepanjang tahun relatif sama dengan suhu rata-rata 26,4 ℃ dan suhu rata-rata terendah 21,6 ℃, dan curah hujan di wilayah ini berkisar antara 1.400–2.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100–150 hari hujan per tahun.
Data iklim Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 29.9 (85.8) | 30.1 (86.2) | 30.4 (86.7) | 31.2 (88.2) | 31.2 (88.2) | 31.3 (88.3) | 31.1 (88) | 31.6 (88.9) | 32.6 (90.7) | 32.7 (90.9) | 31.8 (89.2) | 30.8 (87.4) | 31.23 (88.21) |
Rata-rata harian °C (°F) | 26.1 (79) | 26.2 (79.2) | 26.4 (79.5) | 26.8 (80.2) | 26.5 (79.7) | 26.1 (79) | 25.6 (78.1) | 25.7 (78.3) | 26.7 (80.1) | 27.1 (80.8) | 26.9 (80.4) | 26.6 (79.9) | 26.39 (79.52) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 22.3 (72.1) | 22.4 (72.3) | 22.5 (72.5) | 22.4 (72.3) | 21.9 (71.4) | 20.9 (69.6) | 20.1 (68.2) | 19.9 (67.8) | 20.8 (69.4) | 21.6 (70.9) | 22.1 (71.8) | 22.4 (72.3) | 21.61 (70.88) |
Presipitasi mm (inci) | 314 (12.36) | 289 (11.38) | 300 (11.81) | 200 (7.87) | 155 (6.1) | 62 (2.44) | 34 (1.34) | 18 (0.71) | 55 (2.17) | 136 (5.35) | 179 (7.05) | 290 (11.42) | 2.032 (80) |
Rata-rata hari hujan | 18 | 18 | 16 | 12 | 8 | 6 | 3 | 2 | 3 | 5 | 10 | 16 | 117 |
% kelembapan | 85 | 85 | 84 | 81 | 80 | 77 | 73 | 71 | 69 | 71 | 76 | 81 | 77.8 |
Kemungkinan sinar matahari (persen) | 50 | 49 | 55 | 65 | 69 | 73 | 79 | 78 | 74 | 72 | 62 | 54 | 65 |
Sumber #1: Climate-Data.org [14] | |||||||||||||
Sumber #2: Weatherbase [15] |