Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan pertumbuhan sektor Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) pada kuartal II 2022 mencapai 6,65 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,44 persen pada periode yang sama.
“Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor ILMATE sejak kuartal II 2021 selalu lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal ILMATE Kemenperin M Arifin lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.
Arifin menjelaskan torehan gemilang tersebut sekaligus menunjukkan sektor ILMATE berperan penting pada pembentukan PDB nasional.
“Dilihat dari kontribusinya sektor ILMATE memegang peranan sebesar 3,87 persen terhadap perekonomian nasional dan 24,17 persen terhadap industri pengolahan nonmigas,” katanya.
PDB sektor ILMATE merupakan gabungan dari sektor industri logam dasar (21,7 persen), industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik (36,1 persen), industri mesin dan perlengkapan (7,1 persen), serta industri alat angkutan (35,1 persen).
Sementara itu subsektor ILMATE yang mengalami pertumbuhan PDB terbesar pada kuartal II 2022 yakni industri logam dasar sebesar 15,79 persen year on year (yoy).
“Untuk meningkatkan daya saing industri logam dasar, Direktorat Jenderal ILMATE menjalankan program hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA) logam dengan mendorong hilirisasi bauksit, tembaga, dan timah yang akan membangun ekosistem industri dalam negeri yang terintegrasi dan mendukung pengembangan ekosistem ekonomi hijau dunia,” papar Arifin.
Pertumbuhan terbesar kedua untuk subsektor ILMATE pada kuartal II 2022 yaitu industri mesin dan perlengkapan sebesar 11,22 persen (y-on-y), didorong oleh peningkatan permintaan untuk komoditas alat berat seiring menggeliatnya bisnis pertambangan dan penggalian.
Berikutnya adalah sektor industri alat angkutan yang mencapai 7,35 persen (y-on-y). Kemenperin terus memberikan dukungan terhadap pertumbuhan dan ekspansi sektor industri otomotif melalui berbagai upaya, seperti Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
“Sektor industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik juga tumbuh positif dengan angka 0,26 persen (yoy),” imbuh Arifin.
Pada perdagangan Januari-Juni 2022 nilai ekspor komoditas elektronika mencapai 4,17 miliar dolar AS.
Menurutnya, Indonesia memiliki kekuatan sebagai pasar produk jadi elektronika dan memiliki SDA dalam pembuatan produk elektronik. Kekuatan ini perlu dioptimalkan melalui ketersediaan tenaga ahli dalam merakit produk elektronik dan peningkatan investasi industri elektronik.
“Untuk mendukung pengembangan industri elektronik, pemerintah akan menyusun roadmap industri elektronik Indonesia, membangun Elektronik Industrial Park, mengembangkan sumber daya manusia dengan keterampilan tinggi dan kegiatan R&D&E di bidang elektronik, serta menyelenggarakan kerja sama internasional dan domestik di industri elektronik,” ujar Arifin.