Kisah Nasabah Bumiputera Diusir dari Kantor Saat Perjuangkan Klaim Rp 69 Juta

Nasabah korban gagal bayar Asuransi Jiwa Bumiputera berorasi saat aksi damai di depan Kantor Pusat OJK di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta, Rabu,10 November 2021. Total klaim asuransi nasabah yang melakukan somasi massal itu mencapai hampir Rp 18 miliar. Tempo/Tony Hartawan

Salah satu pemegang polis PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912, Risa bercerita bagaimana dirinya memperjuangkan klaim asuransi pendidikannya yang tak kunjung cair. Ibu dari lima anak asal Garut, Jawa Barat, ini masih ingat betul ketika diusir saat memperjuangkan haknya di kantor pusat Bumiputera di Jakarta pada akhir 2019 lalu.

“Dijanjikan cair pada 2019. Ketika datang ke kantor pusat Jakarta, diusir,” kata Risa kepada Tempo di depan kantor Otoritas Jasa Keuangan atau OJK, Jakarta Pusat, pada Rabu, 10 November 2021.

Ia bersama ratusan pemegang polis asuransi Bumiputera lainnya kemarin melakukan aksi damai di Kantor Pusat OJK di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Aksi damai ini juga dibarengi dengan penyampaian somasi massal kepada OJK sebagai regulator industri asuransi di Indonesia. Somasi massal itu adalah yang kedua kalinya setelah somasi pertama ditujukan kepada manajemen AJB Bumiputera.

Sebelum bertandang ke Jakarta tiga tahun lalu itu, Risa berulang kali mempertanyakan nasib dana klaim asuransi ke kantor perwakilan Bumiputera di Bandung. Tapi hasilnya nihil. Ia hanya dijanjikan klaim asuransi bakal cair paling lambat Desember 2019.

Petugas di kantor tersebut menyatakan hak tersebut tak bisa dicairkan, Risa pun diminta untuk mendatangi langsung kantor pusat asuransi itu di Jakarta.

Risa bercerita, awalnya dia membuka polis asuransi pendidikan Mitra Cerdas pada tahun 2010 yang direncanakan jatuh tempo pada 15 tahun kemudian.

Tapi pada tahun kedelapan yakni pada akhir 2018, ia memutuskan untuk menutup polis tersebut. Dana klaim asuransi pendidikan Rp 69 juta seharusnya cair saat itu.

“Awalnya saya menjadi nasabah karena dulu suami saya masih TKI. Tapi belakangan sudah tidak jadi TKI, gak bisa bayar (premi). Makanya putusin kontrak aja,” tuturnya. Ia mengaku kesulitan membayar premi yang terus naik hingga menjadi Rp 13,6 juta per tahun.

Tunggu punya tunggu, Risa tak kunjung memperoleh haknya. Oleh karena itu ia nekat mendatangi ke kantor pusat Bumiputera di Jakarta pada Desember 2019 untuk menagih uang tersebut. Tapi ia malah diusir dan diminta untuk pulang dengan menggunakan ojek online.

Risa mengaku sakit hatinya masih sangat terasa sampai sekarang. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, uang yang ditabungnya itu sangat dibutuhkan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.

Karena klaim asuransi Bumiputera yang tak kunjung cair itu, Risa jadi sering menggadaikan emas ke untuk membayar pendidikan anak-anaknya. “Alhamdulillah anak pertama keterima di PTN jalur SNMPTN,” katanya. Tapi masih ada empat anak lainnya yang butuh biaya besar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *