Jakarta – Pemerintah dinilai lambat menangani kasus dugaan penyimpangan ajaran di Pondok Pesantren atau Ponpes Al Zaytun. Yayasan pendidikan pimpinan Panji Gumilang itu tetap eksis meski mendulang kontroversi. Mantan pendiri Al Zaytun, Imam Supriyanto menyebut hal ini lantaran ada tokoh besar di belakang ponpes tersebut.
Lantas siapa tokoh besar yang dimaksud Imam Supriyanto?
Dalam sebuah acara yang ditayangkan di stasiun televisi nasional, Imam Supriyanto tak secara eksplisit menyebut nama tokoh besar bekingan Al Zaytun. Pendiri Yayasan Pesantren Indonesia atau YPI itu hanya mengungkapkan secara samar dengan sebutan Pak Kumis. Sosok tersebut, kata dia, adalah “embahnya” intelijen di Indonesia. Belakangan diungkap sosok Pak Kumis yang dimaksud adalah mantan Kepala BIN Hendropriyono.
Menurut Imam, seorang pejabat tinggi pernah mengatakan akan menggebuk pengganggu Al Zaytun. Hal itu terjadi saat Forum Ulama Umat Indonesia atau FUUI menginvestigasi yayasan pendidikan tersebut pada 2000-an. Investigasi dilakukan untuk mengungkap keterlibatan Al Zaytun dengan Negara Islam Indonesia atau NII. Kejadian ini diungkapkan oleh Ketua FUUI, KH Athian Ali. Imam Supriyanto menduga pejabat tinggi tersebut adalah Hendropriyono.
“Jadi kita malah bingung, ketika kita gencar terus memeriksa Al Zaytun malah salah seorang pejabat tinggi di pemerintahan orde baru malah menyatakan siapa yang berani mengganggu Al Zaytun saya gebuk,” kata Ketua FUUI, KH Athian Ali, Mei lalu.
Dugaan Imam Supriyanto diperkuat dengan beredarnya video lawas Hendropriyono yang viral di media sosial. Dalam video, pria yang diduga Hendropriyono itu menganggap bahwa Panji Gumilang adalah sahabatnya. Selain itu, pria tersebut juga mengatakan bahwa seharusnya banyak orang yang akan bertobat jika salah menilai Al Zaytun. Sosok tersebut juga memuji kemegahan Ponpes Al Zaytun yang diakuinya seperti sedang berada di luar negeri.
“Memang kenyataannya seperti itu. Apa alasannya dulu Hendropriyono mengatakan bahwa yang mengganggu Zaytun saya gebuk? Itu kan tanda tanya besar buat kita,” kata Imam.
Tudingan Imam Supriyanto sejalan dengan pengakuan Panji Gumilang pada 2011 silam. Dia mengaku punya hubungan dekat dengan sejumlah Jenderal TNI dan Intelijen. Dia menyebut mantan Kepala BIN Hendropriyono yang kerap berkunjung ke pesantrennya. Selain Hendro, ada juga mantan jenderal lainnya, di antaranya Wiranto. “Keduanya sering ke sini,” ujarnya kepada Tempo, Jumat 29 April 2011. “Saya itu dekat dengan Pak Hendro dan Pak Wiranto karena sering ke sini.”
Menko Polhukam Wiranto (kanan) bersama Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (kiri) menjadi pembicara dalam diskusi Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Kantor Kemensetneg, Jakarta, Kamis 25 Oktober 2018. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Nama Wiranto beken di Al Zaytun. Ponpes itu menyumbang suara terbanyak bagi Wiranto kala dirinya ikut kontestasi Pilpres 2004 jadi Capres bersama Cawapres Sholahudin Wahid. Pada Pilpres 2009, Wiranto yang kala itu maju sebagai Cawapresnya Jusuf Kalla, juga menang banyak di Ponpes Pimpinan Panji Gumilang. Wiranto memang kerap bertandang ke sana. Di sisi lain, Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan menduga orang-orang yang sering datang ke Al Zaytun itulah yang membekingi pesantren itu. Termasuk mantan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto.
Selain Hendropriyono, Imam juga menuding Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sebagai sosok di belakang Al Zaytun. Dia mempertanyakan sikap Moeldoko yang justru terkesan membangga-banggakan Al Zaytun di saat khalayak ramai menilai ajarannya menyimpang. Moeldoko menyebut Panji Gumilang sebagai saudaranya. Bahkan pimpinan Al Zaytun itu disebut sebagai pelopor pesantren yang mampu menyediakan pangan secara mandiri.
“Saudara saya DR. KH. Panji Gumilang telah mempelopori bagaimana dunia pesantren mampu dan mandiri menyediakan pangannya sendiri,” ujar Moeldoko dalam tayangan video di Kanal YouTube Al-Zaytun Movie.
Imam Supriyanto menyebut Moeldoko memberikan akses pimpinan Al-Zaytun Panji Gumilang ke polres, polda, dan Mabes Polri. Sehingga laporan penyimpangan tak pernah terselesaikan. “Dan yang saya tahu Moeldoko lah yang membuka akses ke polres, ke polda, kemudian ke Mabes Polri sehingga Panji kuat sehingga setiap laporan tak ada penyelesaian,” kata Imam.
Pada 2011 lalu, Imam Supriyanto mengamini NII bikinan Kartosoewirjo sudah tamat. Tapi kemudian NII lahir kembali di bawah arahan intelijen pada 1971. Bangkitnya NII itu, kata dia, digalangi oleh pimpinan intelijen Ali Moertopo. Hal itu Imam sampaikan kepada wartawan usai bertemu Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin, 2 Mei 2011 silam. “Memang benar bahwa NII Kartosoewirjo sudah tidak ada, tapi pada tahun 1971 NII bangkit lagi di bawah kemudi pimpinan intelijen Ali Moertopo,” kata Imam.
Imam bercerita, NII besutan Ali Moertopo moncer dan banyak dilirik eks NII. Salah satu alasannya adalah mereka diiming-imingi kemewahan dunia. “Dulu pembesar berkolaborasi dengan intelijen diiming-imingi jabatan, politik dan ekonomi,” kata dia. Hingga kemudian, pada 1997 Panji Gumilang yang juga pimpinan pondok pesantren Al Zaytun mengambil alih kepemimpinan NII bentukan Ali Moertopo ini. “Akhirnya tongkat NII di Panji Gumilang sejak 1997 sampai hari ini,” katanya.