Jakarta – PT Liga Indonesia Baru (LIB) menanggapi keluhan Shin Tae-yong soal kualitas Liga 1. Pelatih Timnas Indonesia menilai mutu kompetisi dalam negeri masih kurang.
Disebut Shin Tae-yong dalam wawancara eksklusif bersama detikSport, ada korelasi antara kualitas kompetisi dalam membangun timnas. kompetisi yang baik sangat diperlukan untuk mencetak pemain berkualitas yang bisa memberikan kontribusi dalam membentuk Timnas Indonesia yang kuat.
Pelatih asal Korea merasa pekerjaannya di Timnas Indonesia berat, karena juga harus membekali para pemain dengan masalah teknis. Padahal menurutnya, latihan Timnas Indonesia hanya fokus menyiapkan strategi saja.
PT LIB yang mendengar keluhan ini pun memberikan tanggapan. Saran-saran yang disampaikan Shin Tae-yong pun akan diterima sebagai masukan positif demi kebaikan sepakbola Indonesia.
“Kami sangat mengapresiasi apa yang disampaikan Shin Tae-yong, tentu menjadi masukan yang sangat positif bagi pengembangan liga. Kami sadari, muara dari kompetisi adalah pemain-pemain terbaik yang lahir dari persaingan yang kompetitif untuk memperkuat Timnas,” kata Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita, kepada detikSport.
“Dan penilaian dari pelatih timnas tentu menjadi objektif untuk menjadi indikator pencapaian liga kita selama ini. Kami di LIB memiliki beberapa titik fokus dalam pengembangan kualitas, dari mulai aspek teknis-administratif, organisasi event kompetisi, entertainment, industri, bisnis, tayangan televisi, hingga tidak lupa kualitas teknis permainan itu sendiri,” ujarnya menambahkan.
Ads by
Diakui PT LIB, berbagai fokus itulah yang membuat beberapa aspek kompetisi belum maksimal. Tapi operator punya target jangka pendek dan jangka panjang yang juga sudah ditetapkan.
Lukita menyebut operator kompetisi sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan tugas-tugasnya. Tinggal bagaimana caranya operator menyempurnakan standarisasi yang ketat dan bisa diterima atau diterjemahkan dengan baik oleh klub Liga 1, termasuk dalam membina pemain-pemainnya.
“Memang ini juga sistemik, artinya hal fundamental harus disiapkan oleh operator dan PSSI dalam regulasi dan panduan praktis seperti standar kualifikasi pelatih serta asisten pendukungnya, menyiapkan standar kurikulum kepelatihan teknis dan fisik hingga metodenya, Lalu klub pun merekrut tim pelatih sesuai kualifikasi tadi serta dukungan infrastruktur serta football technology,” ucap Lukita.
“Untuk short term sudah kami lakukan dengan membentuk tim Technical Study Group (TSG) yang link (terhubung) dengan Departemen Teknik PSSI, mengapa? Agar ada sinkronisasi dalam scouting, analisa, data dan statistik, sehingga selaras dalam coach development dan komunikasi dengan pelatih timnas. Memang belum 100 persen, tapi setidaknya kami mulai menapaki upaya ini step-by-step, sehingga harapannya akan ada progress dari kompetisi dan sinkron dengan program pelatih timnas,” ucapnya.