SMKN 1 Pundong Bantul ajak siswa terapkan nilai-nilai budaya Jawa

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, melaksanakan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ajaran 2022/2023 berbasis budaya guna mengajak siswa-siswi sekolah itu menerapkan nilai-nilai luhur budaya Jawa.

“Pada MPLS tahun ini kami memberikan materi terkait permainan tradisional, dan pembinaan karakter, dan falsafah Jawa, dengan harapan anak-anak bisa menerapkan nilai-nilai luhur budaya Jawa,” kata Kepala SMK Negeri 1 Pundong Bantul, Sutopo disela kegiatan MPLS, Jumat.

Menurut dia, nilai-nilai luhur budaya Jawa agar tertanam dalam diri siswa SMK tersebut, di antaranya ‘tepo seliro’ (tenggang rasa), kerja sama, gotong royong, dan beretos kerja tinggi.

“Dengan demikian akhirnya nanti anak-anak diharapkan siap untuk menciptakan kemasyarakatan yang damai, sejahtera tenang sesuai dengan falsafah Jawa,” katanya.

 

Dia mengatakan, total ada sebanyak 288 siswa baru SMK Negeri 1 Pundong yang mengikuti MPLS tahun ajaran baru, terdiri dari empat jurusan, yaitu Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik Pengelasan, Teknik Audio Video, serta Teknik Komputer dan Jaringan.

Dia menjelaskan, materi lengkap pada MPLS 2022 yang dimulai Senin (11/7) sampai Jumat (15/7) adalah Wiyata Manggala atau pengenalan siswa dan sekolah, kesehatan reproduksi, kemudian pembinaan karakter dan falsafah Jawa, keselamatan kerja, antisipasi kenakalan remaja dan mitigasi bencana alam.

 

Pemateri yang dilibatkan dalam MPLS SMK Negeri 1 Pundong dengan tema “Kembali ke Tradisi” di antaranya dari Polres Bantul, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, kemudian Puskesmas Pundong dan dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

“Untuk Kraton meliputi karakter dan falsafah Jawa, kemudian permainan tradisional juga bekerja sama dengan Kraton, harapan saya anak-anak bisa melestarikan permainan tradisional dan budaya Jawa,” katanya.

Adapun beberapa permainan tradisional yang dikompetisikan pada hari terakhir MPLS tahun ini, di antaranya gangsing, egrang, bakiak, permainan ketapel dan sumpit.

“Kami berharap anak-anak bisa melestarikan permainan tradisional, karena kalau tidak kita fasilitasi seperti ini bisa jadi permainan tradisional hilang. Dan dalam permainan tradisional itu banyak makna, jadi kami menginginkan terjadi pembelajaran yang bermakna,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *