Muhammad Tulus, S.Ars[2] (lahir 20 Agustus 1987) adalah penyanyi-penulis lagu berkebangsaan Indonesia. Tulus memulai karier profesionalnya sejak tahun 2011 melalui label rekaman independen TulusCompany yang didirikannya.[3] Hampir semua karya musik yang dirilisnya adalah hasil karya ciptanya sendiri.[4] Sepanjang kariernya, Tulus telah menerima berbagai penghargaan musik termasuk 17 Anugerah Musik Indonesia.[5]
Tulus memulai debut di industri musik dengan merilis album studio Tulus pada 28 September 2011 yang dirilis bersamaan dengan pertunjukan konser pertamanya, “Tulus: An Introduction”. Cetakan pertamanya berjumlah 1.000 keping CD terjual habis pada saat konser tersebut.[6][7] Rolling Stone Indonesia menobatkan Tulus sebagai Editor’s Choice: Rookie of the Year tahun 2013.[8]
Tulus mendapatkan terobosan karier setelah merilis album studio keduanya, Gajah dirilis pada 19 Februari 2014.[9][10] Dua bulan setelah album dirilis, Gajah terjual sebanyak 60.000 keping CD, menjadikannya sebagai musisi dengan penjualan album tertinggi melalui Demajors.[11] Di pasar album digital, Gajah merupakan satu-satunya album berbahasa Indonesia yang menduduki 10 penjualan album terbaik versi iTunes Asia.[12][13] Dalam kurun setahun, Gajah terjual sebanyak 87 ribu keping.[14] Gajah turut membawa Tulus memenangkan 5 penghargaan dalam Anugerah Musik Indonesia 2015 termasuk sebagai Album Terbaik-Terbaik.[15] Kesuksesan tersebut kembali diraihnya berkat album ketiganya, Monokrom yang juga memenangkan 5 penghargaan Anugerah Musik Indonesia.[16]
Merayakan sepuluh tahun di industri musik Indonesia, Tulus merilis album studio keempatnya, Manusia pada 3 Maret 2022.[17] Album tersebut mendapatkan raihan positif dengan pencapaian sebagai album yang paling sering didengarkan di Spotify Indonesia sepanjang tahun 2022.[18] Lagu “Hati-Hati di Jalan” dalam album Manusia berhasil memecahkan berbagai rekor tangga lagu platform musik digital. “Hati-Hati di Jalan” berhasil masuk ke tiga tangga lagu Billboard yaitu ” Indonesia Songs“, “Billboard Global 200“, dan “Billboard Global Excl. US”. Tulus merupakan musisi Indonesia dengan lagu berlirik bahasa Indonesia pertama yang tembus “Billboard Global 200”.[19] “Hati-Hati di Jalan” juga memuncaki tangga lagu “Indonesia Songs” selama 12 pekan berturut-turut.[20]
Tulus merupakan musisi Indonesia pertama yang berhasil meraih 1 juta pelanggan di Spotify pada tahun 2019.[21] Dalam Wrapped yang diluncurkan oleh Spotify sejak tahun 2016, Tulus telah dinobatkan sebagai Artis Indonesia Terpopuler sebanyak empat kali yakni pada tahun 2016,[22] 2017,[23] 2019,[24] dan 2022.[25] Total streaming Tulus di platform tersebut telah mencapai lebih dari 2 miliar pemutaran, menjadikannya sebagai artis lokal terlaris yang berbasis di Indonesia.[26]
Tulus juga memiliki tradisi dalam berkarier dengan mengadakan konser secara berkala. Ia telah menggelar berbagai pertunjukan langsung termasuk 2 tur konser dan 8 konser tunggal. Baginya konser adalah galeri sebagai sajian visual untuk karyanya.[27]
Muhammad Tulus lahir pada 20 Agustus 1987 di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat. Ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai kontraktor, sedangkan ibunya berjualan kaset musik.[28] Tulus memiliki seorang kakak perempuan bernama Pinta Rahmadani[29] dan kakak laki-laki bernama Riri Muktamar–yang juga bertindak sebagai produser eksekutifnya.[30] Tulus lahir dari keluarga Minangkabau[31] serta penganut agama Islam.[32]
Tulus diberi nama yang unik yang merupakan doa dari ibunya. Nama depannya, Muhammad merupakan nabi dan rasul dalam Islam yang menjadi panutan dengan akhlak sempurna. Tulus memiliki makna luas dengan konotasinya bersinggungan dengan hal positif supaya ia tumbuh sebagai pribadi yang positif.[2] Semasa kecil Tulus kerap mendapatkan celaan fisik dari teman-temannya yang memanggilnya dengan sebutan “kerbau”, “gapuak” (gemuk), “gajah”, dan “gajah bengkak” karena memiliki ukuran tubuh lebih besar dibanding yang lainnya.[33][34]
Tulus menghabiskan masa TK hingga SMP di Bukittinggi. Tulus telah dikenalkan dengan musik sejak kecil. Sewaktu kecil, setiap sebelum tidur sang ibu rutin bernyanyi lagu-lagu milik Broery Marantika dan Rinto Harahap untuk Tulus. Secara tidak langsung hal itu memengaruhi alam bawah sadarnya.[35]. Usaha toko elektronik yang dimiliki sang ibu juga berperan atas kecintaan Tulus terhadap musik. Ia selalu membuka bungkus kaset dan mendengar tiap kaset yang dijual ibunya.[8] Tulus menyadari bahwa memiliki bakat dalam dunia tarik suara saat duduk di bangku kelas 5 SD. Saat itu, ia dipaksa tampil oleh guru keseniannya, Nur. Tulus menyanyikan lagu “Ayah” dari The Mercy’s ciptaan Rinto Harahap dengan diiringi permainan gitar oleh gurunya.[8] Sang guru menyadari bakat menyanyi Tulus sehingga mendorongnya untuk menjadi penyanyi.[36][37][38] Adapun semasa SD, guru les privat matematikanya ketika mengajar ke rumah seringkali mendengarkan lagu-lagu milik Chrisye yang kemudian membuatnya turut menggemari Chrisye.[11] Berbagai hal tersebut perlahan mulai membentuk citra dasar dari Tulus dalam bermusik. Kecintaan terhadap musik pun membuatnya mengoleksi CD sejak duduk di bangku kelas 2 SMP.[39][40] Pada tahun 2001, semasa duduk di bangku kelas 2 SMP, Tulus menyaksikan konser Chrisye yang diiringi aransemen musik Erwin Gutawa di Padang. Hal tersebut kemudian memotivasinya untuk menjadi penyanyi profesional.[41][42]
Memasuki masa SMA, Tulus bersama orang tuanya pindah ke Kota Bandung. Mereka menyusul kakak-kakak Tulus yang lebih dulu bermukim di sana untuk kuliah. Ia masuk ke SMA PGII 1 Bandung. Saat SMA, Tulus yang juga memiliki bakat menggambar sejak kecil[43] bercita-cita untuk jadi arsitek. Pada saat yang sama, keluarganya ingin Tulus menjadi dokter, tetapi nilai pelajaran kimia Tulus yang kurang baik memutus keinginan keluarganya.[11] Tulus mengenyam pendidikan perguruan tinggi di Universitas Katolik Parahyangan jenjang S-1 program studi Arsitektur. Ia memulai studinya pada tahun 2005.[44]
Tulus tak pernah mendapatkan pendidikan formal dalam bidang musik.[45] Ia pernah mengikuti kursus vokal, tetapi setelah satu pekan ia memutuskan berhenti karena tak merasa nyaman. Ia mempelajari teknik vokal secara otodidak dengan menjalani latihan pernapasan yang ia pelajari lewat situs YouTube.[46] Tulus juga tidak bisa memainkan instrumen musik. Tulus pernah mempelajari instrumen gitar dan piano, tetapi oleh gurunya, Tulus dinilai tak memiliki bakat yang mumpuni untuk menjadi seorang pemain instrumen musik.[47] Talenta musik diperolehnya karena ia sering mendengarkan lagu dari kaset yang dikoleksinya.[45]
Tulus mengaku mulai memahami dan menikmati musik di masa kuliah. Musisi yang ia gemari di antaranya Amy Winehouse, Mark Ronson, Macy Gray, sampai Frank Sinatra. Memasuki tahun ketiga kuliah, Tulus pertama kalinya menulis lagu setelah diajari seorang teman, Ardra Tedja[48] yang memuji suara Tulus kemudian mengajarinya menulis lagu.[11] Karena tidak bisa menggunakan alat musik, Tulus menulis melodi dengan intuisi.[46] Untuk lirik lagu, ia mengambil contoh dari pantun dan perumpamaan yang dipengaruhi bentuk puisi lama di Minangkabau.[49][11] Ketika menjalani masa kuliahnya, Tulus bergabung pada sebuah grup musik bernama Sikuai Band.[45][50] Kemudian di masa akhir kuliah, Tulus bergabung dalam sebuah komunitas musik jazz yang ada di Bandung bernama Klab Jazz. Di klub tersebut, ia bernyanyi dan mendapat apresiasi. Sejak saat itu ia membulatkan tekadnya untuk menjadi penyanyi.[11]
Memasuki masa akhir kuliah ketika menjalani studi akhir arsitektur, Tulus merancang Bandung Art Exchange–pusat perdagangan barang-barang seni Bandung. Sedangkan skripsinya berisi tentang pendataan bangunan tradisional Minangkabau dengan objek skripsinya Rumah Gadang Datuak Bandaro Kuniang, di kota Batu Sangkar, Sumatra Barat.[51] Tulus menyelesaikan studinya pada tahun 2009.[52] Tulus mengaku bahwa lulus kuliah merupakan syarat dari ibunya untuk memasuki dunia musik.[53]