Tiada yang Bisa Menandingi Sinead O’Connor

Penyanyi Irlandia, Sinead OConnor, saat tampil di program televisi Che Tempo che Fa di Milan, Italia, 5 Oktober 2014.
ANTONIO CALANNI/AP PHOTO

Penyanyi Irlandia, Sinead OConnor, saat tampil di program televisi Che Tempo che Fa di Milan, Italia, 5 Oktober 2014.

IRLANDIA, KOMPAS — Lagu ”Nothing Compares 2 You” milik mendiang Prince yang dilantunkan oleh penyanyi asal Dublin, Irlandia, Sinéad O’Connor pernah disebut-sebut sebagai lagu patah hati terbaik di tahun 1990-an. Kini, setelah seluruh dunia benar-benar patah hati karena pelantunnya telah pergi untuk selamanya. Sinéad O’Connor mengembuskan napas terakhirnya di usia 56 tahun pada Rabu (26/7/2023).

Sepanjang kariernya di dunia musik, O’Connor telah merilis sepuluh album studio. Sebagai pendatang baru di dunia musik, namanya mulai benar-benar merebut perhatian publik ketika menyanyikan versi balada ”Nothing Compares 2 You” yang diciptakan mendiang Prince untuk proyek sampingannya, The Family. Lagu tersebut ada di album O’Connor berjudul I Do Not Want What I Havent Got yang dirilis pada tahun 1990.

Di tangan O’Connor, ”Nothing Compares 2 You” dinobatkan sebagai singel dunia nomor satu oleh Billboard Music Awards dan mendapatkan tiga nominasi Grammy. Video musiknya yang disutradarai oleh pembuat film Inggris, John Maybury, sebagian besar terdiri dari wajah O’Connor tampak dekat saat dia menyanyikan liriknya yang dalam, penuh kepedihan, dan dengan cepat menjadikan sosoknya setenar rekaman lagunya tersebut.

Ketenarannya itu berjalan beriringan dengan sikapnya yang kontroversial. Bakatnya di dunia musik rupanya tumbuh beriringan dengan sifat pemberontaknya yang terutama didorong oleh kebencian atas pelecehan yang dideritanya saat masih anak-anak dan pengalamannya di panti asuhan Dublin.

Penyanyi asal Irlandia, Sinead OConnor, tampil di panggung Akvarium Klub di Budapest, Hongaria, 9 Desember 2019. Tahun 2018, OConnor mengumumkan dirinya masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Shuhada Sadaqat. Namun, dia terus tampil dengan nama lahirnya.
MARTON MONUS/MTI VIA AP

Penyanyi asal Irlandia, Sinead OConnor, tampil di panggung Akvarium Klub di Budapest, Hongaria, 9 Desember 2019. Tahun 2018, OConnor mengumumkan dirinya masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Shuhada Sadaqat. Namun, dia terus tampil dengan nama lahirnya.

Membolos dan mengutil

Lahir dengan nama lengkap Sinéad Marie Bernadette O’Connor pada 8 Desember 1966 di pinggiran Glenageary, Dublin, yang makmur, O’Connor adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Sean O’Connor dan istrinya, Marie. Pernikahan mereka yang penuh masalah berakhir saat O’Connor berusia 8 tahun. Ibunya, sebagaimana digambarkan oleh saudara laki-laki O’Connor, Joseph, adalah orang yang sangat tidak bahagia, serta rentan melakukan kekerasan fisik dan emosional terhadap anak-anaknya.

O’Connor memilih tinggal bersama ayahnya. Namun, masa kanak-kanaknya tak manis. Dia sering membolos untuk mengutil hingga ditempatkan di Pusat Pelatihan An Grianan di Dublin yang konon didirikan untuk memenjarakan gadis-gadis muda yang dianggap tak bermoral.

Seorang biarawati menemukan cara untuk mengendalikan sifat pemberontak O’Connor dengan membelikannya gitar dan ”menjodohkannya” dengan seorang guru musik. Itu dilakukannya untuk menyelamatkan O’Connor. Awalnya, O’Connor merekam lagu di band Irlandia, In Tua Nua. Namun, dia merasa terlalu muda untuk menjadi anggota penuh.

Di usia 16 tahun, ayahnya memindahkannya ke sekolah asrama di Waterford. Seorang guru melihat bakatnya dan membantunya membuat demo tape yang menampilkan gubahannya sendiri. O’Connor kemudian bergabung dengan band Ton Ton Macoute. Saat band tersebut pindah ke Dublin, O’Connor memutuskan untuk keluar dari sekolah dan pergi bersama mereka.

Saat kemudian memutuskan pindah ke London, dia berjumpa dengan manajer berpengalaman, Fachtna Ó Ceallaigh, yang sebelumnya bekerja dengan U2. Namun, dekat dengan Ó Ceallaigh membuat O’Connor terpapar gaya politik Republikan Ó Ceallaigh. Dia sempat membuat kegemparan saat memuji keberadaan Tentara Republik Irlandia Sementara meski kemudian meminta maaf.

Sikapnya yang kontroversial terus muncul. Dia pernah menolak tegas upaya perusahaan rekamannya yang memintanya untuk mengubah penampilan punknya menjadi lebih feminin.

Dia juga berselisih dengan produser yang didatangkan untuk membantunya mengerjakan album pertamanya hingga akhirnya, setelah melalui negosiasi ketat, perusahaan memberinya izin untuk memproduksi albumnya sendiri. Kala itu dia tengah hamil tujuh bulan dari pemain drum di dalam bandnya, John Reynolds, yang kemudian dinikahinya. Album pertamanya, The Lion and the Cobra, dirilis tahun 1987 dan sukses besar.

Album itu menampilkan apa yang kemudian menjadi suara khas O’Connor, harmoni overdub dan latar belakang atmosfer yang disatukan oleh suaranya yang khas. Untuk pertama kalinya dia mendapat nominasi Grammy untuk kategori penampilan vokal rock wanita terbaik. Salah satu singelnya, ”Mandika”, sukses di Amerika Serikat dan menjadi lagu yang dia pilih saat tampil di Late Night With David Letterman, debut perdananya di acara televisi dengan jam tayang utama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *