Lampung
Lampung | |
---|---|
Transkripsi bahasa Lampung | |
• Aksara Lampung | |
Motto: | |
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | UU No. 14 Tahun 1964 |
Hari jadi | 18 Maret 1964 |
Ibu kota | Kota Bandar Lampung |
Kota besar lainnya | Kota Metro |
Jumlah satuan pemerintahan | tampil Daftar |
Pemerintahan | |
• Gubernur | Arinal Djunaidi[1] |
• Wakil Gubernur | Chusnunia Chalim[1] |
• Sekretaris Daerah | Fahrizal Darminto[1] |
• Ketua DPRD | Mingrum Gumay |
Luas | |
• Total | 33.553,55 km2 (12,955,10 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 9.007.848 |
• Peringkat | 15 |
• Kepadatan | 268/km2 (690/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 55,48% Kristen 30,42% – Protestan 18,51% – Katolik 12,91% Hindu 9,49% Buddha 1,32% Konghucu 0,01% Lainnya 0,01% Tidak diketahui 0,27%[3] |
• Bahasa | tampil Daftar |
• IPM | 70,45 (2022) tinggi[4] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode pos | 34xxx-35xxx |
Kode area telepon | tampil Daftar |
Kode ISO 3166 | ID – LA |
Pelat kendaraan | BE |
Kode Kemendagri | 18 |
APBD | Rp 784.582.000.000.-[5] (2020) |
PAD | Rp 329.843.000.000.- (2020)[5] |
DAU | Rp 1.922.699.775.000,- (2020)[6] |
Slogan pariwisata | The Treasure of Sumatra[7] |
Lagu daerah |
|
Rumah adat | |
Senjata tradisional | |
Flora resmi | Cempaka telur[8] |
Fauna resmi | Gajah sumatra[8] |
Situs web | lampungprov |
Lampung (aksara Lampung: ), adalah sebuah provinsi di bagian ujung selatan Pulau Sumatra, Indonesia. Ibu kota dan pusat pemerintahannya berada di Kota Bandar Lampung.[9] Provinsi ini memiliki dua kota, yaitu Bandar Lampung dan Metro, serta 13 kabupaten. Posisi provinsi Lampung secara geografis di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan dan Bengkulu, serta di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda.
Provinsi Lampung memiliki pelabuhan utama bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Penyebrangan Bakauheni, bandar udara utama yakni Bandara Internasional Radin Inten II terletak 28 km dari ibu kota provinsi, serta stasiun kereta api besar Tanjung Karang yang terletak di pusat ibu kota provinsi. Pada 2020, penduduk provinsi Lampung berjumlah 9.007.848 jiwa, dengan kepadatan 268 jiwa/km2.[2]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Pada abad ke- 7 tahun 671 Masehi zaman pra-sejarah Lampung di Sumatra, Sriwijaya menguasai sebagian besar Asia Tenggara hingga abad ke-11 Masehi, di adad ke-13 tahun 1289 Masehi penyebaran Islam awal bermula dari Batu Brak di tengkuk gunung pesagi daerah hanibung yang ditandai dengan adanya peninggalan pra-sejarah hingga zaman sejarah yakni Dolmen dan Megalitikum tertua di tanah Lampung, lokasi ini secara administrative berada di wilayah Kabupaten Lampung Barat yang beribu kota di Liwa, penyebaran ini menjadi tanda tonggak berdirinya Kerajaan di wilayah tersebut. Pada abad ke-16 Masehi Penyebaran Islam juga masuk dari Banten ke Tolang Pohwang, secara administrative berada di daerah Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan keresidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatra Selatan.
Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatra Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khazanah adat budaya di Nusantara. Oleh karenanya, pada zaman VOC di dapat dari berbagai sumber bawasanya Vereenigde Oostindische Compagnie (Persatuan Perusahaan Hindia Timur) yang berada di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1800 selama abad ke-19 hingga abad ke-20, Hindia Belanda adalah salah satu koloni Eropa yang paling berharga di bawah kekuasaan Imperium Belanda. Tatanan sosial kolonial didasarkan pada struktur rasial dan sosial yang kaku dengan para elit Belanda yang tinggi terpisah akan tetapi tetap berhubungan dengan penduduk pribumi yang dijajah oleh mereka, sedangkan istilah Indonesia digunakan untuk lokasi geografis setelah tahun 1880 Masehi, nama Hindia Belanda tercatat dalam dokumen VOC pada awal tahun 1620 Masehi. Daerah Lampung sendiri tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.
Lampung Tolang Pohwang kemungkinan besar pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda, setidaknya sampai abad ke-16. Sebelum akhirnya Kesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Sultan Banten yakni Sultan Ageng Tirtayasa, lalu tidak mengambil alih kekuasaan atas Lampung. Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten karya Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut:
“From the beginning it was abviously Hasanuddin’s intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region”.[10]
Di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1651–1683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Dalam masa pemerintahannya, Sultan Ageng berupaya meluaskan wilayah kekuasaan Banten yang terus mendapat hambatan karena dihalangi VOC yang bercokol di Batavia. VOC yang tidak suka dengan perkembangan Kesultanan Banten mencoba berbagai cara untuk menguasainya termasuk mencoba membujuk Sultan Abu Nashar Abdul Qahar, Putra Sultan Ageng untuk melawan Ayahnya sendiri.
Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Abu Nashar Abdul Qahar meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya ia menjanjikan akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung kepada VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Ageng Tirtayasa disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten.
Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Abu Nashar Abdul Qahar menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Abu Nashar Abdul Qahar tertanggal 27 Agustus 1682 yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.
Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Abu Nashar Abdul Qahar yang mewakili Sultan Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan lada yang dicarinya. Perdagangan langsung antara VOC dengan Lampung mengalami kegagalan disebabkan karena tidak semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Abu Nashar Abdul Qahar yang bersekutu dengan kompeni, sebagian mereka masih tidak mengakui Sultan Ageng Tirtayasa sebagai Sultan Kerajaan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.[11] Sementara itu timbul keraguan dari VOC mengenai status penguasaan Lampung di bawah Kekuasaan Kesultanan Banten, yang kemudian baru diketahui bahwa penguasaan Banten atas Lampung tidaklah mutlak.
Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut “jenangan” atau kadang-kadang disebut gubernur hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada). Sedangkan para penguasa hasil bumi Lampung asli yang terpencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut “adipati” secara hierarki tidak berada di bawah koordinasi penguasaan jenangan/gubernur. Disimpulkan penguasaan Sultan Banten atas Lampung hanya dalam hal garis pantai Banten saja dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil bumi terutama lada. Dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya.
Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia tidak menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung. Kebesaran seorang Raffles terendus sejak dirinya berusia 14. Di masa remaja itu Raffles harus menggantikan peran ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli 1781 – meninggal di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun) adalah seorang Gubernur-Letnan Hindia Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warga negara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura.[12]
Geografi[sunting | sunting sumber]
Topografi[sunting | sunting sumber]
Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di antara 105°45′-103°48′ BT dan 3°45′-6°45′ LS. Daerah ini berada di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan dan Bengkulu, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Kelagian, Pulau Sebesi, Pulau Pahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Pesisir Barat.
Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatra. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.
Gunung[sunting | sunting sumber]
5 (Lima) Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, antara lain:[13]
- Gunung Pesagi (3.262 Mdpl) di Liwa, Lampung Barat
- Gunung Tanggamus (2.100 Mdpl) di Kota Agung, Tanggamus
- Gunung Tebak (1.607 Mdpl) di Sumber Jaya, Lampung Barat
- Gunung Seminung (1.804 Mdpl) di Sukau, Lampung Barat
- Gunung Sekincau (1.718 Mdpl) Liwa, Lampung Barat
- Gunung Ratai (1.681 Mdpl) di Padang Cermin, Pesawaran
- Gunung Pesawaran (1.662 Mdpl) di Kedondong, Pesawaran
- Gunung Rindingan (1.506 Mdpl) di Pulau Panggung, Tanggamus
- Gunung Rajabasa (1.281 Mdpl)[14] di Kalianda, Lampung Selatan
- Gunung Betung (1.240 Mdpl) di Pesawaran dan Bandar Lampung
- Gunung Krakatau (813 Mdpl) di Selat Sunda, Lampung Selatan
Sungai[sunting | sunting sumber]
Sungai-sungai yang mengalir di Lampung menurut panjang dan daerah tangkapan airnya adalah sebagai berikut:
- Way Sekampung, panjang 265 km, DTA 4.795,52 km2
- Way Semaka, panjang 322,2 km, DTA 322.2 ha
- Way Seputih, panjang 190 km, DTA 7.149,26 km2
- Way Jepara, panjang 50 km, DTA 1.285 km2
- Way Tulangbawang, panjang 136 km, DTA 1.285 km2
- Way Mesuji, panjang 220 km, DTA 2.053 km2
Way Seputih mengalir di daerah Kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50 km adalah:
- Way Terusan, panjang 175 km, c.a. 1.500 km2
- Way Pengubuan, panjang 165 km, c.a. 1.143,78 km2
- Way Pegadungan, panjang 80 km, c.a. 975 km2
- Way Raman, panjang 55 km, c.a. 200 km2
Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya:
- Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197 km2
- Way Rarem, panjang 53,50 km, c.a. 870 km2
- Way Umpu, panjang 100 km, c.a. 1.179 km2
- Way Tahmy, panjang 60 km, c.a. 550 km2
- Way Besay, panjang 113 km, c.a. 879 km2
- Way Giham, panjang 80 km, c.a. 506,25 km2
Way Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan Sumatra Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya, sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2. Sedangkan Way Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tidak ada yang panjangnya sampai 100 km. Hanya ada satu sungai yang panjangnya 51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda. Beberapa kota di daerah provinsi Lampung yang tingginya 50 m lebih dari permukaan laut adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro (53), Gisting (480 m), Negeri sakti (100 m), Pringsewu (50 m), Pekalongan (50 m), Batanghari (65 m), Punggur (50 m), Padang ratu (56 m), Wonosobo (50 m), Kedondong (80 m), Sidomulyo (75 m), Kasui (200 m), Sri Menanti (320 m) dan Kota Liwa (850 m).
Politik & Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Kabupaten dan Kota[sunting | sunting sumber]
Daftar gubernur[sunting | sunting sumber]
No | Foto | Gubenur | Mulai Jabatan | Akhir Jabatan | Prd. | Ket. | Wakil Gubenur | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Kusno Danupoyo | 1964 | 1966 | 1 | [17] | Nadirsyah Zaini (1966) | ||
2 | Zainal Abidin Pagaralam | 1966 | 1973 | 2 | [18] | — | ||
3 | R. Sutiyoso | 1973 | 5 Mei 1978 | 3 | [ket. 1] | |||
4 | Yasir Hadibroto | 1978 | 1983 | 4 | Subki E. Harun (1980–90) | |||
1983 | 1988 | 5 | ||||||
5 | Poedjono Pranyoto | 1988 | 1993 | 6 | ||||
Man Hasan (1990–95) Suwardi Ramli (1994–98) Oemarsono (1995–98) | ||||||||
1993 | 1997 | 7 | ||||||
— | Oman Sachroni | 1 Oktober 1997 | Januari 1998 | |||||
6 | Oemarsono | 5 Februari 1998 | 5 Februari 2003 | 8 | — | |||
— | Tursandi Alwi (Penjabat) | 5 Februari 2003 | 2 Juni 2004 | |||||
7 | Sjachroedin Z. Pagaralam | 2 Juni 2004 | 28 Mei 2008 | 9 | [19] | Syamsurya Ryacudu | ||
— | Syamsurya Ryacudu | 28 Mei 2008 | 2 Juli 2008 | Plt. | — | |||
8 | 2 Juli 2008 | 2 Juni 2009 | [ket. 2] | |||||
(7) | Sjachroedin Z. Pagaralam | 2 Juni 2009 | 2 Juni 2014 | 10 | Joko Umar Said | |||
9 | Muhammad Ridho Ficardo | 2 Juni 2014 | 2 Juni 2019 | 11(2014) | [ket. 3] | Bachtiar Basri | ||
— | Didik Suprayitno (Pejabat Sementara) | 13 Februari 2018 | 23 Juni 2018 | — | [ket. 4] | — | ||
— | Boytenjuri (Penjabat) | 2 Juni 2019 | 12 Juni 2019 | — | [ket. 5] | — | ||
10 | Arinal Djunaidi | 12 Juni 2019 | Petahana | 12 | Chusnunia Chalim |
- Catatan
- ^ Meninggal pada saat menjabat
- ^ Sjachroedin mundur dari jabatan Gubernur Lampung karena kembali mencalonkan diri dalam Pilgub Lampung 2008[20]
- ^ Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri cuti sementara sebagai gubernur karena menjadi peserta pilgub Lampung 2018[21]
- ^ Didik Suprayitno sebagai Pjs. (Pejabat Sementara) sebab Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri cuti sementara sebagai gubernur-wakil gubernur[22]
- ^ Boytenjuri sebagai Pj. (Penjabat) sebab Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri habis masa jabatan[23]
Dewan Perwakilan[sunting | sunting sumber]
DPRD Lampung beranggotakan 85 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Lampung terdiri dari 1 Ketua dan 4 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Lampung yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 2 September 2019 oleh Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Tanjung Karang di Gedung DPRD Provinsi Lampung.[24] Komposisi anggota DPRD Lampung periode 2019-2024 terdiri dari 9 partai politik dimana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 19 kursi, kemudian disusul oleh Partai Gerindra yang meraih 11 kursi serta Partai Golkar dan Partai Demokrat yang masing-masing meraih 10 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Lampung dalam dua periode terakhir.[25][26][27]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||
---|---|---|---|---|
2009-2014 | 2014-2019 | 2019-2024 | ||
PKPB | 4 | |||
PDK | 2 | |||
PKB | 5 | 7 | 9 | |
Gerindra | 6 | 10 | 11 | |
PDI-P | 11 | 17 | 19 | |
Golkar | 10 | 10 | 10 | |
PKS | 7 | 8 | 9 | |
PPP | 3 | 4 | 1 | |
PAN | 7 | 8 | 7 | |
Hanura | 6 | 2 | 0 | |
Demokrat | 14 | 11 | 10 | |
NasDem | (baru) 8 | 9 | ||
Jumlah Anggota | 75 | 85 | 85 | |
Jumlah Partai | 11 | 10 | 9 |
Demografi[sunting | sunting sumber]
Suku bangsa[sunting | sunting sumber]
Provinsi Lampung menjadi salah satu provinsi di Indonesia di luar Pulau Jawa, tempat mayoritas penduduknya adalah suku Jawa, dengan total populasi tahun 2010 sebanyak 64,17% yang kebanyakkan berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan sebagian kecil Jawa Barat. Sementara penduduk asli yakni suku Lampung berjumlah 13,56%. Diposisi ketiga ada suku Sunda berjumlah 11,88% (sudah gabungan suku Sunda asal Jawa Barat dan juga Sunda asal Banten) banyaknya etnis pendatang dari pulau Jawa ke provinsi Lampung disebabkan pulau Jawa yang tidak begitu besar tetapi penduduknya cukup ramai dan padat maka diadakan transmigrasi besar-besaran ke pulau lain khususnya pulau Sumatra di provinsi Lampung. Diposisi keempat dan kelima ada suku Melayu dengan persentase 5,64% dan juga Bali 1,38%. Suku Melayu sudah termasuk semua sub-suku Melayu asal Sumatra Selatan yang ada di provinsi Lampung seperti: Ogan, Semendo, Mesuji, dan Palembang. Suku Bali dari pulau Bali juga turut didatangkan ke provinsi Lampung secara besar-besaran karena adanya program transmigrasi. Masyarakat Melayu asal Sumatra Selatan seperti Ogan, Semendo, Mesuji, dan Palembang dapat ditemukan signifikan karena wilayah Sumatra Selatan dan Lampung berdekatan bahkan berbatasan langsung, mereka juga sudah lama bermigrasi ke provinsi Lampung. Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Lampung:[28][29]
No | Suku | Jumlah 2010 | % |
---|---|---|---|
1 | Jawa | 4.865.330 | 64,17% |
2 | Lampung | 1.028.190 | 13,56% |
3 | Sunda | 901.087 | 11,88% |
4 | Melayu | 427.326 | 5,64% |
5 | Bali | 104.810 | 1,38% |
6 | Minangkabau | 69.652 | 0,92% |
7 | Batak | 52.311 | 0,69% |
8 | Tionghoa | 39.979 | 0,53% |
9 | Bugis | 21.054 | 0,28% |
10 | Lainnya | 72.209 | 0,95% |
Provinsi Lampung | 7.581.948 | 100% |
Catatan: suku lainnya sudah termasuk beberapa suku seperti (Madura, Betawi, Komering, suku asal Bengkulu, Arab, suku asal Sumatera lainnya, Tamil India, dan lain-lain)
Bahasa[sunting | sunting sumber]
Masyarakat Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa, antara lain: Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu Semendo, Bahasa Melayu Ogan, Bahasa Melayu Mesuji, Bahasa Melayu Palembang, Bahasa Batak, Bahasa Minangkabau, Bahasa Mandarin & Bahasa Tionghoa, Bahasa Madura dan bahasa setempat yang disebut Bahasa Lampung.[30]
Agama[sunting | sunting sumber]
Agama di provinsi Lampung beragam. Agama Islam menjadi agama terbesar/terbanyak jumlahnya yang kebanyakkan dipeluk oleh suku Jawa, Lampung, Sunda, Melayu, Minang, Bugis, serta sebagian kecil suku Batak dan lainnya. Kekristenan (Protestanisme & Katolik Roma) menjadi agama kedua terbesar yang dipeluk oleh masyarakat Lampung setelah Islam dengan persentase sebanyak 2,42%. Untuk denominasi Protestan sebagian besar dianut oleh suku Batak, Jawa, serta sebagian Tionghoa dan lainnya. Sedangkan untuk denominasi Katolik kebanyakkan dianut oleh masyarakat keturunan Tionghoa, Jawa, serta sebagian suku Batak dan lainnya. Agama Hindu mayoritas dianut oleh masyarakat dari suku Bali. Selain itu, agama Hindu juga dianut oleh masyarakat keturunan India (Tamil) serta juga dianut oleh sebagian kecil suku Jawa. Agama Buddha kebanyakkan dianut oleh masyarakat keturunan Tionghoa serta sebagian kecil suku Jawa. Agama Konghucu umumnya hanya dianut oleh komunitas masyarakat Tionghoa lalu ada agama lainnya/kepercayaan, sisanya tidak terdata/tidak diketahui.
Pendidikan[sunting | sunting sumber]
Sekolah-sekolah di Lampung terdiri dari TK, SD, SMP, dan SMA/SMK dan juga Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Namun di artikel ini hanya akan menampilkan daftar perguruan tinggi saja, karena jumlah sekolah sangat banyak.
Perguruan Tinggi[sunting | sunting sumber]
- Universitas Teknokrat Indonesia
- Universitas Lampung
- Institut Teknologi Sumatera
- UIN Raden Intan Lampung
- Politeknik Negeri Lampung (POLINELA)
- IBI Darmajaya Bandar Lampung
- Sekolah Tinggi Pertanian Surya Dharma Lampung
- Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Lampung
- Universitas Bandar Lampung
- Universitas Muhammadiyah Lampung
- Universitas Mitra Lampung
- Universitas Darmajaya
- Universitas Malahayati
- Universitas Tulang Bawang
- STKIP PGRI Bandar Lampung
- DCC Lampung
- STIE Gentiaras
- Universitas Rajabasa
- Universitas Islam Kalianda
- STAI Yasba Kalianda
- STIE Muhamadiyah Kalianda
- STIH Kalianda
- STKIP Kalianda
- AKPER Hampar Baiduri Kalianda
- AKBID Bunda Delima Kalianda
- Universitas Terbuka Ketapang
- DCC Kalianda
- Universitas Megou Pak Tulang Bawang
- Prasetiya Mandiri Lampung
- Universitas Muhammadiyah Metro
- STKIP Darmawacana Metro
- STKIP Muhammadiyah Pringsewu
- STKIP Muhammadiyah Kotabumi
- STMIK Pringsewu
- STAI Pringsewu
- STAI Maarif Metro
- IAIN Jurai Siwo Metro
- STIE Lampung Timur
- STAI Darussalam Lampung
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Gentiaras
- Sekolah Tinggi Agama Islam Ibnu Rusyd Kotabumi
- Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha (STIAB) Jinarakkhita Lampung
Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Masyarakat pesisir Lampung kebanyakan bekerja sebagai nelayan dan bercocok tanam. Dibeberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Sedangkan masyarakat yang tinggal bukan di pesisir kebanyakan bertanam padi dan berkebun lada, kopi, cengkih, kayu manis dan lain-lain. Lampung fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, tebu, dan lain-lain. Selain hasil bumi Lampung juga merupakan kota pelabuhan karena Lampung adalah pintu gerbang untuk masuk ke pulau Sumatra. Dari hasil bumi tumbuhlah banyak industri-industri seperti di daerah Panjang, Natar, Tanjung Bintang, dan Bandar Jaya.
Industri[sunting | sunting sumber]
Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang terbesar di dunia setelah adanya penggabungan usaha antara Bratasena, Dipasena, dan Wachyuni Mandira. Pabrik gula dapat menghasilkan produksi per tahun mencapai 600.000 ton oleh dua pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar Group. Pada tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan satu pabrik gula di bawah PT Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI). Industri agrobisnis lainnya: nanas, ketela (ubi), kelapa sawit, kopi robusta, lada, coklat, kakao, nata de coco dan lain-lain.