Aplikasi “Threads”, Pukulan Telak Zuckerberg pada Musk

Pengumuman aplikasi media sosial 'Threads' ditampilkan pada App Store AS Apple, seperti terlihat di layar ponsel yang dipantau di Berlin, Jerman, Selasa (4/7/2023).

Let’s do this. Welcome to Threads,” tulis Direktur Eksekutif Meta dan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, dengan emoji api dalam unggahan pertamanya di platform bernama Threads, Rabu (5/7/2023) malam. Zuckerberg memberikan pukulan telak pada Elon Musk dengan meluncurkan platform Threads Instagram yang mirip seperti Twitter milik Musk.

Peluncuran Threads ini dilakukan di saat publik sedang jengkel dengan Twitter yang membatasi jumlah cuitan yang bisa dibaca dalam sehari. Hanya mereka yang berlangganan yang berhak membaca lebih banyak cuitan. Threads yang berbasis teks seperti halnya Twitter itu langsung aktif di sistem operasi Apple dan Android dan akun-akun awal yang sudah aktif ada selebriti Shakira dan Jack Black. Ada juga media-media seperti Vice, Netflix, dan The Hollywood Reporter.

Akun-akun pengguna yang sudah bergabung dengan Threads langsung ramai segera setelah diluncurkan dan mengunggah komentar-komentar yang bernada menyindir dan mengejek Musk dan Twitter-nya. Setelah mengunduh Threads, proses pendaftarannya sangat mudah karena terhubung dengan akun Instagram.

Tak perlu lagi pengisian data sejak awal. Seperti Instagram, di Threads juga bisa diunggah video. Ada tombol untuk menyukai, mengunggah ulang, atau mengutip Threads, dan penghitung yang menunjukkan jumlah “like” dan balasan yang diterima unggahan. Unggahan dibatasi maksimal hingga 500 karakter, melebihi ambang Twitter yang hanya 280 karakter. Dan bisa menyertakan tautan, foto, dan video hingga durasi lima menit. Bedanya, di Threads tidak bisa mengirim pesan langsung atau DM.

“Visi kami adalah Threads akan menjadi aplikasi baru yang lebih fokus pada teks dan dialog, mengikuti apa yang sudah dilakukan Instagram untuk foto dan video,” sebut Meta. Meta menekankan langkah-langkah untuk menjaga keamanan pengguna, termasuk menegakkan pedoman komunitas Instagram dan menyediakan alat untuk mengontrol siapa yang dapat menyebutkan atau membalas pengguna.

Namun, penawaran baru Meta menimbulkan masalah privasi data. Threads bisa mengumpulkan berbagai informasi pribadi, termasuk kesehatan, keuangan, kontak, penelusuran dan riwayat pencarian, data lokasi, pembelian, dan “info sensitif”.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/3jaUjfNodrgka3Vwc0gT64T5sfw=/1024x1495/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F10%2F08%2F20211008-LHR-Pengguna-instagram-mumed_1633679755_png.png

Dari semua negara di dunia, hanya di Uni Eropa (UE) saja Threads tidak bisa diluncurkan karena UE memiliki aturan privasi data yang ketat, yakni undang-undang baru yang disebut dengan Digital Markets Act (DMA). Meta sudah memberi tahu Komisi Privasi Data Irlandia bahwa mereka belum berencana meluncurkan Threads di seluruh 27 negara anggota UE. Pengawas di Irlandia itu adalah pengatur privasi utama Meta untuk UE karena kantor pusat regional perusahaannya berbasis di Dublin. Meta selama ini banyak dikritik karena penanganan data pribadinya. Regulator Eropa tidak menginginkan ada transfer data pribadi antarproduk seperti yang bisa dilakukan antara Threads dengan Instagram.

Meski masih menghadapi kekhawatiran akan isu privasi data, Threads diyakini sudah membuat kalangan investor tergiur, apalagi dengan audiens bawaan Instagram yang mencapai dua miliar pengguna aktif. Ini akan bisa menyedot iklan-iklan dari Twitter. “Jika pengguna Instagram dengan banyak pengikut seperti Kardashian, Bieber, atau Messi mulai mengunggah di Threads, platform baru itu pasti berkembang cepat,” kata analis keuangan strategis, Brian Wieser, di Substack.

Analis Jasmine Engberg, dari Insider Intelligence mengatakan Threads hanya membutuhkan satu dari empat pengguna bulanan Instagram untuk bisa menjadi sebesar Twitter. “Pengguna Twitter sangat membutuhkan alternatif dan Musk sudah memberikan Zuckerberg kesempatan untuk membuat alternatif itu,” ujarnya.

Logo platform media sosial Twitter terpampang di lantai Bursa Saham New York, Senin (29/10/2021). Setelah membeli 73 juta lebih lembar saham Twitter pekan lalu dan dinobatkan sebagai pemegang saham terbesar, Elon Musk kini tengah mengincar menjadi pemilik platform media sosial Twitter dengan penawaran 43 miliar dolar AS.
AP PHOTO/RICHARD DREW

Logo platform media sosial Twitter terpampang di lantai Bursa Saham New York, Senin (29/10/2021). Setelah membeli 73 juta lebih lembar saham Twitter pekan lalu dan dinobatkan sebagai pemegang saham terbesar, Elon Musk kini tengah mengincar menjadi pemilik platform media sosial Twitter dengan penawaran 43 miliar dolar AS.

Menunjukkan keinginan untuk melepaskan diri dari reputasi Twitter, Direktur Instagram, Adam Mosseri, mengunggah komentar untuk para pengguna Threads bahwa platform ini dibangun untuk menjadi platform percakapan yang terbuka dan ramah. “Hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah bersikap baik,” ujarnya. Di bawah kepemimpinan Musk, moderasi konten Twitter dikurangi seminimal mungkin. Musk membatasi akses ke Twitter dengan alasan untuk menangkal perusahaan kecerdasan buatan yang mengikis Twitter untuk melatih teknologi mereka. Musk juga membuat marah pengguna Twitter yang paling setia dengan menyatakan akses ke produk TweetDeck-nya -yang memungkinkan pengguna untuk melihat aliran tweet yang cepat sekaligus – hanya diperuntukkan pengguna yang membayar.

Threads diluncurkan setelah Zuckerberg dan Musk bersitegang selama berbulan-bulan dan bahkan mengancam akan bertarung satu sama lain dalam pertandingan kandang seni bela diri campuran nyata di Las Vegas. Waktunya tepat bagi Meta untuk mendaratkan pukulan karena pengambilan keputusan Musk yang kacau selama berbulan-bulan sudah mengguncang Twitter.

Musk membeli Twitter seharga 44 miliar dollar AS pada Oktober lalu, tetapi nilainya anjlok karena menghadapi eksodus pengiklan di tengah pemotongan staf dan kontroversi moderasi konten. Sementara, Meta -untuk tahap awal- kemungkinan akan fokus pada pertumbuhan pengguna sebelum menggabungkan iklan di Threads. Untuk membangun Threads, Meta sudah menawarkan para influencer media sosial untuk masuk ke Threads dan meminta mereka mengunggah Threads setidaknya dua kali sehari.

Sebenarnya banyak platform baru lainnya yang berusaha menyaingi Twitter, seperti Mastodon, Post, Truth Social, dan T2 tetapi belum ada yang disambut meriah seperti Threads. Bluesky, layanan baru yang didukung salah satu pendiri Twitter, Jack Dorsey, juga meluncurkan beta khusus undangan pada Februari lalu dan langsung membuat gebrakan di Twitter, dengan pengguna yang mendapatkan kode akses khusus. Jumlah penggunanya mencapai 50.000 akun. Threads juga masih akan menghadapi potensi serangan dari Twitter, terutama dari sisi Twitter yang berorientasi pada berita. Ini berbeda dengan Instagram, platform yang lebih visual.

“Budaya Twitter adalah mengikuti berita dan peristiwa dunia. Saya sulit membayangkan pengguna Twitter yang memakai Twitter untuk mengikuti berita dan peristiwa itu akan mau beralih ke Threads dan sepenuhnya meninggalkan Twitter,” kata analis utama di Insider Intelligence, Jasmine Enberg. (REUTERS/AFP/AP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *