Arab Saudi Undang 40 Negara Kecuali Rusia. Ada Apa?

Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz (kanan), menteri pertahanan Saudi dan Wakil Putra Mahkota Mohammed bin Salman (kiri) dan Wakil Putra Mahkota dan Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Muhammad bin Nayef (Tengah) menghadiri upacara pembukaan Dewan Syura baru di Riyadh, Arab Saudi pada 14 Desember 2016.(Photo by Bandar Algaloud / Saudi Royal Council / Handout/Anadolu Agency/Getty Images))

Sebanyak 40 negara berdiskusi untuk mengakhiri perang di Ukraina. Pertemuan itu diinisiasi oleh negara Arab Saudi untuk menyusun strategi mengakhiri serangan Rusia ke Ukraina.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyambut baik inisiasi Arab yang juga mengajak beberapa negara terdampak yang mengalami lonjakan harga pangan imbas perang tersebut.

“Ini sangat penting karena pada isu-isu seperti ketahanan pangan, nasib jutaan orang di Afrika, Asia, dan belahan dunia lainnya secara langsung bergantung pada seberapa cepat dunia bergerak untuk mengimplementasikan formula perdamaian tersebut,” kata Zelenskyy, dikutip Al Jazeera, Sabtu (5/8/2023).

Melonjaknya harga pangan itu merupakan dampak dari kebijakan Rusia yang tak lagi berpartisipasi dalam kesepakatan pangan yang ditengahi PBB. Kesepakatan itu memungkinkan pengiriman produk Ukraina melalui Laut Hitam ke negara yang berjuang melawan kelaparan.

Zelenskyy berharap pertemuan yang diinisiasi oleh Arab bisa mengarah pada kesepakatan para pemimpin dunia pada musim gugur ini untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut, yang dia yakini harus didasarkan pada formula perdamaian 10 poin Kyiv yang dibuat pada KTT G20 lalu.

Formula itu mencakup penghormatan terhadap integritas teritorial Ukraina dan penarikan pasukan Rusia dari wilayah yang diklaim Moskow telah dicaplok.

Adapun, forum yang mengecualikan Rusia itu dikatakan akan diawasi oleh Kremlin atau pusat kekuasaan Rusia.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan Rusia perlu memahami tujuan apa yang ditetapkan dan apa yang akan dibahas.

“Setiap upaya untuk mempromosikan penyelesaian damai layak mendapat evaluasi positif,” katanya.

Di sisi lain, KTT itu dianggap penting bagi Ukraina karena memberikan kesempatan untuk menjangkau negara-negara yang tetap netral, termasuk India dan Brasil. Bahkan pertemuan itu dihadiri oleh ‘sekutu’ Rusia yakni negara China.

China klaim negaranya netral dalam konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Namun klaim itu tidak sesuai dengan tindakan China.

Wang Wenbin, juru bicara kementerian China, mengatakan bahwa China bersedia bekerja dengan komunitas internasional untuk terus memainkan peran konstruktif dalam mempromosikan solusi politik untuk krisis di Ukraina.

Dengan begitu, pertemuan yang berlangsung hari ini, Sabtu (5/8/2023) di Arab yang melibatkan 40 negara menggarisbawahi jasa baik Riyadh untuk berkontribusi mencapai solusi perdamaian abadi.

“Kesiapan Riyadh untuk menggunakan jasa baiknya untuk berkontribusi mencapai solusi yang akan menghasilkan perdamaian permanen,” kata pejabat Saudi Press Agency (SPA).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *