Harga minyak dunia kembali terjun bebas ke level US$80 per barel pada akhir perdagangan Rabu (7/9). Penurunan harga minyak terjadi di tengah kekhawatiran pasar terkait perlambatan ekonomi yang bisa berujung resesi dan menekan permintaan BBM.
Dilansir dari Antara, Kamis (8/9), harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober anjlok US$ 4,94 atau 5,7 persen menjadi US$81,94 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November tergelincir US$4,83 atau 5,2 persen menjadi US$88 per barel di London ICE Futures Exchange.
Menurut Dow Jones Market Data, baik kontrak acuan minyak mentah WTI AS maupun minyak mentah global Brent menetap di level terendah sejak Januari 2022 atau sebelum perang Rusia-Ukraina.
Analis Price Futures Group Phil Flynn mengatakan penurunan harga minyak terjadi karena para pedagang khawatir pengetatan moneter dari berbagai bank sentral utama dapat memicu resesi global. Hal ini bisa mengurangi permintaan energi.
“Saat ini pasar mendasarkan kekhawatirannya tentang apa yang akan terjadi karena harga energi yang meningkat tajam di Eropa, permintaan yang melambat di Eropa, serta kenaikan suku bunga,” terang dia.
Bank sentral Eropa (ECB) memberi sinyal kuat akan menyetujui kenaikan suku bunga tinggi dalam pertemuan Kamis ini. Sementara itu, data ekonomi AS baru-baru memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral AS, The Fed, akan tetap hawkish.
Sedangkan bank sentral Kanada (BOC) telah menaikkan suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase ke level tertinggi 14 tahun pada Rabu (7/9) kemarin. Keputusan ini demi memerangi inflasi yang mengamuk.
Di sisi lain, data ekonomi China yang lemah dan lockdown covid-19 pun kian menambah kekhawatiran pasar akan penurunan permintaan. Data Bea Cukai menunjukkan impor minyak mentah Negeri Tirai Bambu jatuh 9,4 persen dari tahun sebelumnya pada Agustus 2022.