JAKARTA – Di grup WhatsApp komunitas alumni kampusnya, Dani (33) karyawan sebuah perusahaan swasta di kawasan Jalan Sudirman yang tinggal di Depok, Jawa Barat itu menulis singkat, ‘semoga kehadiran LRT menjadi solusi dari keruwetan kemacetan lalu lintas kendaraan yang selama ini ia jalani setiap hari. Ini kisah Dani yang lain. Setiap hari ia harus mempersiapkan diri berangkat ke kantor selepas subuh untuk bisa sampai kantor tepat waktu. Pulangnya ia memastikan matahari sudah terbaring lama di peraduan.
Mobil Atau Motor Tetap Macet
Kemacetan jalan yang mengular sejak ia keluar dari komplek perumahannya hingga sepanjang jalan ruas Depok – Pancoran Jakarta Selatan memakan waktu 2 hingga 3 jam. Belum lagi jika ia menyusuri jalan protokol Gatot Subroto hingga kantornya di kawasan Jalan Sudirman yang tak kalah padat. Total Dani menghabiskan waktu 6 jam pulang pergi setiap hari. Itu kalau ia menggunakan kendaraan roda dua yang siap basah kuyub jika musim hujan. Jika harus menggunakan mobil, ia tak sanggup menghitung besarnya biaya bensin dan e-toll yang harus dikeluarkan untuk jenis karyawan kelas menengah seperti dirinya. “Bakalan gak mampu, biaya transportasinya besar,” tulisnya.
Kisah Dani ini mungkin menjadi pengalaman semua orang yang tinggal di kawasan satelit Jakarta. Menggunakan mobil atau motor sama saja macetnya. Ada solusi lama yang sudah diperebutkan banyak orang dan tetap berjubel setiap waktu yaitu dengan Kereta Rel Listrik (KRL).
Di Jakarta sendiri jenis moda transportasi publik ini sudah mengalami kemajuan, ada KRL Commuter Line, lalu MRT (Mass Rapid Transit/Moda Raya Terpadu), dan sekarang ada Light Rail Transit (LRT). Kali ini juga akan beroperasi LRT Jabodebek (Jakarta Bogor Depok Bekasi) yang diharapkan membuka kemacetan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi.
Uji Coba LRT Jabodebek
Kementerian Perhubungan secara intensif melakukan serangkaian pengujian LRT Jabodebek, baik dari sisi kesiapan sarana, prasarana maupun Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini dilakukan untuk memastikan kesiapan operasi dan aspek keselamatan telah terpenuhi ketika nantinya LRT Jabodebek dioperasikan.
Pengujian yang dilakukan terkait sumber daya manusia (SDM) seperti train attendant, penyelia, pengawas stasiun, pengendali operasi terpusat kereta otomatis, petugas pemeriksaan, dan petugas perawatan sarana dan prasarana. Kemudian, pengujian prasarana seperti, stasiun, rel, persinyalan, dan lain-lain, serta pengujian sarana yaitu rangkaian kereta api.
Optimis Mengurangi Kemacetan
Beroperasinya LRT Jabodebek diharapkan berkontribusi langsung terhadap berkurangnya penumpukan kendaraan pribadi di jalanan yang menyebabkan kemacetan parah. Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas moda transportasi yang modern, cepat, aman, nyaman, serta murah ini untuk bermobilitas di Jakarta dan kawasan sekitarnya.
Presiden Jokowi, seperti yang dilansir banyak media, mengungkapkan optimisnya dengan beroperasinya LRT akan dapat mengurai kemacetan di Jakarta setelah mendengar penjelasan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi perihal kapasitas LRT yang mampu mengangkut 500 ribu penumpang per hari, bahkan bila digabung penumpang KRL Jabodebek kapasitasnya mampu menampung sebanyak 1,2 juta orang per hari. Total daya angkut kedua jenis kereta tersebut mampu membawa 1,7 juta penumpang per hari.
“Rencana besarnya pembangunan LRT ini memang untuk mengatasi kemacetan di Tol Jakarta Cikampek dan Tol Jagorawi. “ ujar Menhub Budi.
LRT Jabodebek akan beroperasi berjalan melintasi rel terpadu yang bisa melaju secara otomatis tanpa masinis dengan kecepatan 80 km/jam yang digerakkan oleh tenaga listrik serupa KRL dan MRT.
Menurut Menhub, Proyek LRT Jabodebek sudah selesai baik sarana maupun prasarananya, namun dengan pertimbangan persiapan operasional perdana harus paripurnasehingga dibutukan perpanjangan waktu untuk sinkronisasi dari kecanggihan sistem komputerisasi dan otomatisasi tehnologi.
Diharapkan saat uji coba operasional, LRT telah memiliki ketepatan waktu yang akurat terkait tenggat waktu antar kereta LRT – setiap 3 menit, ada yang berangkat dan tiba di setiap stasiun pemberhentian. “Komunikasi antar kereta harus benar-benar diperhatikan, sampai di stasiun pemberhentian harus pas waktunya antara kedatangan, menaikturunkan penumpang dengan jadwal keberangkatan,” pungkasnya..
Karena itu, Menhub Budi tidak mudah memberikan izin operasional LRT, mengingat faktor sinkronisasi harus sudah benar-benar akurat antara waktu berangkat, waktu tiba, serta waktu naik-turun penumpang LRT, sehingga masa uji coba KRL dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian, ketika beroperasi penuh pada 18 Agustus 2023, LRT Jabodebek akan berjalan dengan baik.
Kolaborasi Antar Pemangku Kepentingan
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Risal Wassal mengungkapkan, LRT Jabodebek ini juga bakal terkoneksi dengan Stasiun Halim yang terintegrasi dengan kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Beroperasinya LRT Jabodebek dan KCJB, dua moda trasportasi KA modern ini, lanjut Risal merupakan publik transportasi yang tidak profit oriented, “Harga tiket dibuat semurah mungkin agar terjangkau masyarakat luas,” ujarnya.
Namun demikian, jelas Risal lagi, operasional kedua moda transportasi massal tersebut tidak akan melanggar dan mengabaikan faktor-faktor keselamatan, kenyamanan, keamanan, dan ketepatan waktu dengan cost yang ditetapkan.
Dalam pengoperasian LRT Jabodebek, menurut Risal, akan ada kolaborasi dari para pemangku kepentingan meliputi PT KAI (BUMN) dengan pihak Pemda dan Swasta, dengan mempersiapkan konektivitas dengan moda transportasi lain di seluruh stasiun LRT Jabodebek. “Adanya konektivitas merupakan aspek penting dan menjadi pertimbangan bagi masyarakat dalam memilih layanan transportasi umum,” kata Risal.
Dari situs resmi PT KAI menginformasikan data konektivitas 18 stasiun LRT dengan moda transportasi lain. Adapun stasiun yang terkoneksi dengan moda lain:
- Stasiun Dukuh Atas yang terkoneksi dengan Commuter Line MRT Jakarta, KA Bandara, serta Transjakarta BRT;
- Stasiun Setiabudi, Stasiun Rasuna Said, Stasiun Kuningan, Stasiun Pancoran, Stasiun Ciliwung, Stasiun Cawang, dan Stasiun TMII yang terkoneksi dengan Transjakarta BRT;
- Stasiun Cikoko yang terkoneksi dengan Commuter Line, Transjakarta BRT, dan Mikrotrans;
- Stasiun Halim yang terkoneksi dengan Kereta Cepat Jakarta Bandung;
- Stasiun Kampung Rambutan dimana terdapat koneksi dengan Terminal Kampung Rambutan, Transjakarta BRT, dan Mikrotrans;
- Stasiun Ciracas dan Stasiun Jatibening Baru yang terkoneksi dengan Mikrotrans;
- Stasiun Cikunir 1 dan Stasiun Cikunir 2 yang terkoneksi dengan Angkutan Kota;
- Stasiun Bekasi Barat dan Stasiun Jati Mulya yang terhubung dengan Transjakarta BRT, Trans Patriot, dan Angkutan Kota; dan
- Stasiun Harjamukti yang terkoneksi dengan Transjakarta BRT dan Mikrotrans.
Adanya konektivitas antar moda tersebut, menurut Risal, merupakan suatu kolaborasi yang baik antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta pihak swasta.
Harapan Risal kedepannya, dengan terhubungnya seluruh stasiun LRT Jabodebek dengan moda transportasi lain akan dapat mempermudah mobilisasi masyarakat dengan selamat, aman, nyaman, dan tepat waktu sehingga LRT Jabodebek akan menjadi pilihan transportasi baru.