Jakarta, CNN Indonesia — Peneliti Klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menyebut fenomena heatwave (gelombang panas) di India tidak terprediksi ilmuwan setempat. Pasalnya, heatwave terjadi lebih cepat dari biasanya.
Biasanya fenomena heatwave di India terjadi pada puncak musim panas atau pada Juli hingga Agustus. Namun tahun ini, heatwave justru terjadi di Maret-April.
“Onset heatwave yg biasa terjadi di puncak musim panas (Juli-Agustus) kini juga terjadi lebih cepat yaitu Maret-April sehingga negara-negara di Asia tsb mengalami “kepanikan” membayangkan seberapa ekstrem yg akan mereka alami saat puncak musim panas terjadi Juli nanti,” katanya dalam sebuah cuitan, Kamis (27/4).
Menurut Erma, ilmuwan India dan Pakistan pun mendapat kritik dari pejabat publik dan pengambil kebijakan karena gagal memprediksi heatwave tersebut. Erma mengatakan, heatwave yang terjadi lebih cepat merupakan “efek perubahan iklim.”
“Tidak pernah terduga sebelumnya bahwa wilayah monsun seperti India yg mirip dg Indonesia bakal mengalami heatwave. Ini menandakan efek perubahan iklim terhadap kejadian panas ekstrem terjadi lebih cepat dari perkiraan ilmuwan,” tulis Erma.
Induk Hiu Martil Bawa 40 Bayi Mati Mengenaskan, Penyebabnya Misterius
Erma mengatakan, para ilmuwan India dan Pakistan semula mengira heatwave parah hanya akan terjadi di China. Hal tersebut lantas membuat para ilmuwan India dikritik di negara tersebut.
“Ilmuwannya itu dikritik. Kenapa ilmuwannya dikritik? Karena tidak ada satupun ilmuwan yang memperingatkan ini akan naik sebegini parah. Jadi mereka selalu bilang India tidak akan kena heatwave yang parah, itu hanya akan berhenti di China, daratan yang lebih utara,” tutur Erma dalam wawancara dengan radio Elshinta, yang dibagikannya lewat akunTwitter.
Simbol Misterius di Batu Penobatan Raja Charles III Bingungkan Pakar
Departemen Meteorologi India mengabarkan 48 stasiun cuacanya mencatat suhu lebih dari 42 derajat Celcius pada Selasa (18/4), dengan yang tertinggi yaitu 44,2 derajat Celcius di negara bagian timur Odisha.
Gelombang panas itu juga menyebabkan 13 orang meninggal dunia di negara bagian Maharashtra barat saat menghadiri upacara penghargaan negara pada 16 April.
Melansir BBC, India adalah salah satu negara yang paling rentan dan terekspos panas. Suhu pada siang hari dan malam bahkan telah meningkat secara signifikan, dan diproyeksikan meningkat antara dua atau tiga kali lipat pada 2050.
Selain itu, gelombang panas atau heatwave juga diprediksi terjadi lebih cepat, lebih lama, dan lebih sering.