Vaksin COVID-19 Tembus 10 Miliar Dosis, Tapi 3 Miliar Penduduk Belum Divaksin

Vaksin COVID-19 Tembus 10 Miliar Dosis, Tapi 3 Miliar Penduduk Belum Divaksin

Seorang peneliti bekerja di laboratorium yang dijalankan oleh Moderna Inc pada 16 November 2020. Tahun depan Moderna akan mengedarkan secara global sebanyak 500 juta hingga 1 miliar dosis vaksin Covid-19. Moderna Inc/Handout via REUTERS
Seorang peneliti bekerja di laboratorium yang dijalankan oleh Moderna Inc pada 16 November 2020. Tahun depan Moderna akan mengedarkan secara global sebanyak 500 juta hingga 1 miliar dosis vaksin Covid-19. Moderna Inc/Handout via REUTERS

 Jakarta -Lebih dari sepuluh miliar dosis vaksin COVID-19 kini telah diberikan secara global, mewakili tonggak sejarah baru dalam perang melawan pandemi yang berlangsung sejak 2020. Hal ini berdasar laporan Our World in Data.

Namun demikian, pencapaian tersebut tetap memiliki kekurangan.

Negara-negara kaya merupakan mayoritas penerima vaksin, sementara negara-negara miskin tertinggal. Di negara-negara kaya, 77 persen orang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19, sementara hanya 9,8 persen orang di negara-negara berpenghasilan rendah telah menerima dosis vaksin pertama.

Setidaknya 3 miliar penduduk dunia belum memperoleh vaksin COVID-19 sama sekali.  Tapi, beberapa negara-negara kaya sudah memberikan vaksin booster atau dosis ketiga. Israel malah mulai menawarkan dosis keempat.

“Sepuluh miliar dosis adalah kemenangan sains, tetapi kegagalan total solidaritas global,” kata Madhukar Pai, seorang profesor epidemiologi dari Universitas McGill, Kanada.

Pai mencontohkan, AS telah memberikan lima kali lebih banyak vaksin – sekitar 85 juta – dari jumlah total dosis yang diberikan di seluruh Nigeria, negara terpadat di Afrika.

Akibatnya, jika sebagian besar wilayah dunia belum divaksinasi COVID-19, akan memungkinkan munculnya varian baru, dan varian baru dapat resisten terhadap vaksin yang sudah ada.

Terlepas dari inisiatif berbagi global Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu Covax, kesenjangan tetap ada.  Setidaknya sebagian karena negara-negara kaya belum setuju untuk mengabaikan pembatasan IP, atau menekan perusahaan obat untuk berbagi teknologi mereka sehingga negara-negara miskin dapat memproduksi dosis secara lokal.

“Kami telah belajar melalui pandemi ini bahwa amal tidak berfungsi dalam kesehatan global, dan amal tidak sama dengan keadilan,” tambah Pai. “Dan itulah yang dicari oleh negara-negara – pendekatan yang adil untuk dapat menyelamatkan diri mereka sendiri.”

Para peneliti di Duke University, Amerika Serikat memperkirakan bahwa dunia membutuhkan setidaknya 11 miliar dosis untuk sepenuhnya menginokulasi 70 persen populasinya yang berjumlah sekitar 7 miliar.

“Ini akan menjadi kunci bahwa orang-orang di semua negara – tidak hanya di negara kaya – menerima perlindungan yang diperlukan melalui vaksin COVID-19,” tulis tim World in Data.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *